Begitu juga dengan Ambar yang berdiri mematung di depan pintu. Ia tak menyangka apa yang dilihatnya di depan mata. Ia bahkan tak bisa berkata-kata, terlalu terkejut. Bima yang melihat pemandangan janggal itu jadi bingung sendiri. Ia menyentuh lengan tante Ana. “Tan?” Tante Ana segera tersadar dari keterkejutannya. Ia mengusap wajahnya sekilas, masih menatap Ambar dengan sorot mata yang begitu sulit diartikan. Ia menelan ludah berkali-kali, mencoba menenangkan jantungnya yang mendadak berdegup kencang, begitu juga dengan nafasnya yang seketika menjadi lebih cepat dan berat. Ambar pun hanya bisa berdehem pelan dan memalingkan wajah. Tapi sorot matanya juga sulit sekali diterjemahkan. Pemandangan aneh ini, membuat Bima bertanya-tanya, apa yang terjadi? Namun, sebelum sempat ia menanyakan