Bab 23. Sebuah Kesepakatan

1009 Kata

Binar terdiam sesaat. Itu jelas permintaan yang sulit baginya. Januar itu sudah seperti saudara kandung bagi Binar. “Kenapa? Kamu nggak bisa mengabulkan permintaanku itu?” tuduh Bima, namun suaranya tetap terdengar lembut sambil menciumi telapak tangan Binar di pipinya. Binar melirik ke samping, menghindari kontak mata. Tangan Bima langsung terulur menyentuh dagunya, menghadapkan kembali wajah Binar padanya. “Kenapa? Sulit banget, ya?” Binar menepis tangan Bima di dagunya. “Januar itu, udah kayak saudara kandung buatku.” Ia memulai dengan suara yang pelan dan lembut. “Kalau aku nggak boleh ketemu Januar, itu kayak kamu misahin aku dari saudaraku.” Kening Bima berkerut, ekspresi khasnya saat ia tak menyukai sesuatu. “Segitunya?” tanyanya dingin. Binar mengangguk. “Bayangin, aku sahaba

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN