“Bima sialan!” Alin berseru marah, melempar apapun yang ada di dekatnya. Kamarnya berantakan, benar-benar berantakan. Alin melampiaskan seluruh kemarahannya pada Bima sejak pagi tadi. Ia minum-minum sendirian di kamarnya, berseru-seru, menari seperti orang gila dengan musik yang disetel keras-keras hingga ditegur oleh tetangga apartemennya. Dan malam ini, Alin benar-benar kacau. Ia nyaris kehilangan seluruh kebanggaannya. Butiknya disita, ia tak punya banyak sisa tabungan untuk menyewa ruko lain untuk dijadikan butik. Sisa tabungannya hanya cukup untuk mengeksekusi satu hal di antara dua pilihannya. Dan tanpa sadar, Alin mengikuti saran Bima. Ia tak lagi mencoba menggunakan cara instan yang mematikan untuk membangun karirnya. Setelah perenungan selama beberapa hari yang cukup panjang, a