Sabrina memejamkan matanya rapat-rapat, menggigit bibirnya kuat-kuat saat ia merasakan hangat nafas dan lembut bibir Januar menyentuh lehernya. Ia takut setengah mati. Kenapa Januar, pria yang ia sukai sejak beberapa tahun terakhir jadi menakutkan begini? Bibir Januar terus bergerak turun, pelan tapi pasti menuju tulang selangka Sabrina. Ciumannya tidak kasar sama sekali, bahkan cenderung sangat lembut. Namun selembut apapun ciuman itu, Sabrina tetap merasa ketakutan. Aroma alkohol yang pekat membuat Sabrina bisa membayangkan akhir dari situasi ini. Ia memang menyukai Januar, ia memang ingin menjadi istri Januar, tapi tidak dengan cara seperti ini. Ia ingin Januar melakukan ini dengannya dalam kondisi sadar penuh. Tepat ketika air matanya nyaris meluncur jatuh, ponsel Sabrina berdering