Chapter 4 - Pria Mata Duitan

983 Kata
"Uhmmm... tentu saja kamu, Lu... ummfttt!" Belum selesai Erza bicara, wanita tersebut langsung melumat bibir Erza dengan ganas. Membuat Erza semakin semangat memacu dirinya. "Ah... ah...!" desah mereka bersama. Hingga Erza sudah tidak tahan ingin menumpahkan miliknya. "Uh, Lucy!!!" seru Erza menumpahkan miliknya di atas perut Lucy. Erza mengambil tisu dan memberikannya ke Lucy. Lucy membersihkan bukti percintaan mereka. Setelah perutnya bersih, Lucy duduk dan menunduk ke timur Erza. "Uhmm, Lucy!" gumam Erza ketika Lucy mengulum timur Erza di dalam mulutnya. Lucy memainkan lidahnya dengan lihai hingga membuat Erza kembali terbakar untuk bermain panas di atas ranjang. Erza menahan kepala Lucy dan menikmati permainan mulutnya. "Ugh... kamu memang luar biasa, Lucy! Tidak sama dengan wanita kaku itu!" seru Erza, membuat Lucy tersenyum puas. Satu tahun pacaran dengan Aresha, Erza tidak pernah bisa memiliki kesempatan untuk menikmati tubuh indah Aresha. Paling jauh hanya ciuman singkat di bibir. Padahal dari segi wajah dan body, Aresha unggul di atas rata-rata. Aresha memiliki postur tubuh bak model. Tinggi semampai, ukuran d**a proporsional, kulit putih bersih tanpa lecet sedikit pun. Ditambah aroma manis yang keluar dari tubuh Aresha. Namun, karena Erza tidak bisa menahan godaan dari sahabat Aresha yang selalu tampil seksi, akhirnya mereka memiliki skandal. Tanpa sepengetahuan Aresha, Erza dan Lucy sering jalan berdua. Hingga ada sebuah kejadian di mana mereka berdua kehujanan setelah keluar dari minimarket, mengharuskan Erza mengantar Lucy masuk ke dalam kost-annya. Dengan alasan Lucy ingin memberikan Erza kopi hangat. Dan terjadilah ranjang panas mereka berdua ketika Erza tidak tahan melihat Lucy yang keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk super pendek, yang hanya menutupi sebagian dadanya dan menutup bagian intimnya. Namun, begitu Lucy berjalan ke arah lemari, Erza bisa melihat dengan jelas area sensitif Lucy. Apalagi ketika Lucy menunduk mengambil pakaianya di laci bawah lemari. Erza dapat melihat dengan jelas milik Lucy dari belakang, karena handuknya terangkat ke atas. Saat itu, mereka sudah lebih dari lima bulan menjalin hubungan terlarang di belakang Aresha. Lucy dengan lembut mendorong tubuh Erza, kemudian naik di atasnya. Dengan gerakan yang santai, dia memasukkan milik Erza ke dalam dirinya. "Uh.." gumam Erza dan Lucy bersamaan, setelah memperbaiki posisi mereka. Lucy kemudian mulai menari di atas Erza dengan lincah, bergerak naik turun, maju mundur. Semakin cepat dan dalam, membuat dirinya hingga mencapai puncaknya sendiri. "Ahh..." renyah Lucy menumpahkan miliknya. Seketika, tubuh Lucy menegang, merasakan sensasi yang luar biasa. Permainan liar Lucy di atas ranjang membuat Erza buta akan ketulusan Aresha. "Balik..." titah Erza. Dan langsung saja, Lucy berbalik, membelakangi Erza, dan melebarkan kedua kakinya. Erza berlutut dan langsung memasukkan timunnya dari belakang. Dengan cepat, Erza terus bergerak keluar masuk, sambil memainkan kedua gunung Lucy dengan kedua tangannya. Lima menit dengan posisi ini membuat Erza dan Lucy mencapai batas mereka. "Tumpah di dalam, Erza..!!" seru Lucy, ketika Erza ingin mengeluarkan timunnya. Langsung saja, Erza menambah kecepatan goyangannya. "Ahhh..!" lenguh panjang mereka berdua, mendapatkan kenikmatan bersama. --- Keesokan paginya, Aresha sudah bersiap-siap untuk pergi bersama Luna. Ting tong... Aresha berjalan ke arah pintu. "Luna!" gumam Aresha saat melihat wajah cantik sahabatnya itu. Ceklek. "Masuk, Lun!" seru Aresha sambil membuka pintu. "Thank you!" balas Luna, langsung masuk ke kost-an Aresha yang terbilang cukup eksklusif. "Emang beda ya kalau kost-an rasa apartemen!" celutuk Luna sambil duduk selonjoran di sofa lantai yang ada di depan ranjang. "Hahaha, apa sih!" tawa Aresha sambil mengambil cokelat panas yang baru selesai ia buat untuk Luna dan dirinya. "Ini, diminum," seru Aresha, lalu menaruh dua cangkir di meja kecil di antara mereka. "Thank you, Areshaku sayang!" ujar Luna senang sambil mengambil cangkirnya. Luna meniup-niup minumannya agar bisa segera ia cicipi. "Lun, aku menang undian!" seru Aresha tiba-tiba. "Wuihh, serius? Selamat, say! Emang apa hadiahnya?" jawab Luna antusias sambil meletakkan bibirnya di permukaan cangkir. "Uang senilai 1,8 miliar!" ucap Aresha santai. "Uhukk, uhukkk!" Mendengar ucapan Aresha, Luna langsung tersedak cokelat panasnya. "Whatttt?!" teriak Luna histeris setelah batuknya mereda. "Ssstttt!" desis Aresha sambil mendekap mulut Luna dengan tangannya. "Uhmm, uhmmm!" gumam Luna sambil menepuk tangan Aresha. "Serius, Sha? Salah lihat kali! Atau mungkin penipuan?!" cercah Luna yang masih tidak percaya. Aresha berdiri, berjalan menuju nakas, lalu mengambil buku rekeningnya. Ia kembali ke tempat Luna dan menyerahkan buku itu kepadanya. "Lihat sendiri!" ujar Aresha santai. Luna menatap buku tabungan itu dengan ragu. "Buka aja, Lun!" suruh Aresha. Akhirnya, Luna membuka buku tabungan itu dan melihat nominal terakhir bukti dana masuk yang tercetak. "Satu... dua... tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilaaaann!!!" teriak Luna histeris. Ia tidak percaya, ternyata benar ada 1,8 miliar di rekening sahabatnya. "GILAAAA...!!!" Luna kembali berteriak. "Lun...!! Sssttt...!! Nanti tetangga kamar gue ngamuk-ngamuk dengar suara kamu!" seru Aresha gemas. "Sorry, sorry! Gue terlalu excited!" jawab Luna cengengesan. "Terus kenapa muka kamu kesal gitu? Harusnya dapat uang segini banyak, muka kamu itu bersinar-sinar!" celutuk Luna sambil mencubit pipi Aresha dan mengembalikan buku tabungan miliknya. "Aku kesal banget sama Erza!" ucap Aresha dengan wajah tertekuk. "Ada apa? Dia minta duit lagi?!" seru Luna. Luna, yang merupakan sahabat Aresha sejak kecil, selalu bertindak seperti orang yang sangat protektif terhadapnya. Apalagi semenjak kedua orang tua Aresha meninggal, Luna selalu ada di sisinya. Kedua orang tua Luna juga sering menjadi pelindung bagi Aresha. Namun, Aresha tidak ingin merepotkan mereka, sehingga ia memilih untuk bekerja keras dan menjadi sosok yang mandiri. "Bukan itu... Tapi..." jawab Aresha, kemudian menceritakan kejadian semalam. "Kurang ajarrr!!!" murka Luna ketika Aresha selesai menceritakan apa yang dikatakan Erza kepadanya. "Tuh cowok emang mata duitan, Sha!!!" seru Luna penuh amarah. "Iya, aku baru tahu, Lun. Tapi gimana? Aku juga sayang banget sama Erza, apalagi rencana pernikahanku sama dia itu tahun depan..." ucap Aresha dengan nada penuh keraguan. "Ckkk!! Kamu tuh ya...!!! Pikirin baik-baik, Sha! Ini pernikahan, Sha!" nasihat Luna tegas. "Iya..." jawab Aresha lemas. Melihat sahabatnya yang gundah gulana, Luna berdiri dari duduknya. "Ayo!!! Waktunya bersenang-senang!!!" seru Luna sambil menarik tangan Aresha. "Let's go!!" balas Aresha dengan semangat yang mulai kembali. "Benar... Lupakan sejenak semua masalah..." batin Aresha sambil tersenyum kecil.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN