Sedangkan Alvarro, yang baru saja tiba di apartemen mewahnya, langsung merebahkan dirinya di atas sofa.
Apartemen yang didominasi warna hitam, putih, dan kombinasi warna kayu itu membuat interior tempat tinggal Alvarro terlihat sangat elegan dan manly.
"Hmmm... ada apa dengan sekretarisku?" gumam Alvarro sambil memijat dahinya yang terasa sakit.
Alvarro mengingat kembali beberapa sekretarisnya terdahulu sebelum Aresha.
"Arrghh... tidak ada sekretaris yang sempurna seperti Aresha!" tukasnya kepada dirinya sendiri.
"Aku harus mencari tahu kenapa dia ingin mengundurkan diri!" kembali Alvarro berbicara kepada dirinya sendiri.
Akhirnya, Alvarro memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu setelah berolahraga pagi. Baru pertama kali terjadi, kemarin dia pulang jam enam sore. Biasanya, dia akan tiba sekitar jam sembilan malam karena terus saja berkutat di ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah selesai membersihkan diri, Alvarro masuk ke dalam ruang kerja untuk melanjutkan pekerjaannya yang kemarin tertunda.
Sementara itu, Aresha dan Luna saat ini berada di salah satu mal besar di kota Bandung.
"Mau beli apa lagi, Sha?" tanya Luna kepada Aresha, yang sudah membeli beberapa pakaian kasual, meskipun sebenarnya akan digunakan di kantor.
"Kita makan siang dulu, yuk," jawab Aresha santai.
"Ok!" balas Luna, dan mereka berdua pun masuk ke salah satu restoran makanan cepat saji. Aresha sedang ingin makan Double Cheese Burger lengkap dengan kentang goreng dan soda.
Setelah selesai memesan, Luna yang bertugas membawa nampan penuh dengan pesanan mereka berdua. Tangan Aresha sibuk memegang paper bag belanjaan mereka tadi.
"Hmmm, wanginya!" gumam Aresha sambil menghirup aroma burger favoritnya.
"Jadi gimana dengan bos psycho kamu?" tanya Luna membuka percakapan sebelum memakan kentang gorengnya.
"Bingung, Lun. Masa aku mau resign aja pakai ditolak!" keluh Aresha sambil memanyunkan bibirnya. Setelah itu, ia melahap burgernya dengan gigitan besar.
"Serius?!" tanya Luna dengan mata melebar.
"Iya... umm... umm... serius!" balas Aresha dengan mulut penuh makanan.
"Pasti dia gak mau kehilangan kamu, Sha!" lanjut Luna.
"Maksudnya?" tanya Aresha balik, setelah menelan makanannya dan meminum sodanya.
"Maksudnya... dia gak mau kehilangan sekretaris level S kayak kamu! Hahaha!" celutuk Luna sambil tertawa lepas.
"Asemmm!" kesal Aresha sambil melotot kecil ke arah Luna.
"Kenapa? Atau kamu mau gak mau kehilangan pakai tanda kutip?" goda Luna sambil tertawa jahil ke arah sahabatnya.
"Ckkk! Enak aja! Cowok dingin kayak es batu gitu... amit-amit dah!" seru Aresha sambil melotot kecil.
"Hahaha!" tawa Luna pecah, puas menggoda Aresha.
"Makanya, aku mau balas dendam!" seru Aresha dengan penuh keyakinan.
"Balas dendam?" tanya Luna yang langsung ikut bersemangat. Luna paling tahu bagaimana perlakuan bos sahabatnya itu. Aresha selalu menjadikan dirinya tempat sampah untuk mengeluh dan mengumpat tentang sang bos.
"Hu um! Mulai besok aku akan kerjain dia!" jawab Aresha penuh semangat.
"Dengan?!" seru Luna penasaran.
"Aku bakal datang terlambat lima menit!" jawab Aresha dengan bangga. Sebagai karyawan teladan, tidak pernah sekalipun Aresha terlambat tiba di kantor.
Luna langsung menepuk jidatnya. Dia pikir sahabatnya akan melakukan sesuatu yang gila. Ternyata hanya mau terlambat ke kantor. Dan itu pun cuma lima menit.
"Kamu sehat, Sha? Kenapa gak sekalian telat lima detik saja?" sungut Luna, gemas.
"Heii, lima menit itu lama, loh!" bela Aresha dengan wajah serius.
"Lebih telat lagi!" seru Luna.
"Tujuh menit?" jawab Aresha mencoba menawar.
"No!" balas Luna tegas.
"Hemmm... sepuluh menit aja?" nego Aresha lagi.
"Lima belas menit!" tukas Luna tanpa ragu.
"Tapiii..."
"Tidak ada tapi-tapian! Mau balas dendam jangan setengah-setengah!" ujar Luna dengan semangat yang bahkan lebih besar daripada Aresha. Luna mendukung penuh rencana balas dendam sahabatnya atas perlakuan bos tidak berperasaan itu.
"Ok! Siap, Madam!" seru Aresha sambil memberi hormat ala militer.
"Anak pintar!" balas Luna dengan wajah puas.
"Habis ini mau beli apa lagi?" tanya Luna.
"Ke salon yuk, aku mau potong rambut," jawab Aresha.
"Siap, Bu Bos! Sekalian aku mau creambath!" jawab Luna semangat.
Setelah selesai makan, Aresha dan Luna masuk ke salah satu salon terbaik di dalam mal.
"Silakan, Kak," sapa resepsionis salon dengan ramah.
"Iya," balas Aresha.
"Untuk berapa orang, Kak?" tanya resepsionis dengan ramah.
"Dua orang!" jawab Aresha sambil tersenyum.
"Baik, Kak. Atas nama siapa dan mau melakukan hair treatment apa, Kak?" tanya resepsionis lagi sambil mengetik di laptop.
"Atas nama Aresha untuk potong rambut, lalu atas nama Luna untuk creambath," jawab Aresha.
"Baik, Kak," balas resepsionis sambil memberikan sebuah kertas ke salah satu temannya.
Tidak lama kemudian, seorang wanita modis menghampiri Aresha.
"Kak Aresha yang mana?" tanyanya dengan ramah.
"Saya, Mbak," jawab Aresha.
"Baik, Kak. Kenalkan, nama saya Lidia, hairstylist yang akan menangani Kak Aresha," ucap Lidia dengan senyum ramah.
"Silakan, Kak," lanjut Lidia sambil mengarahkan Aresha untuk duduk di kursi tempat mencuci rambut.
Aresha pun duduk dengan nyaman.
Tidak lama kemudian, Luna juga duduk di samping Aresha.
"Sekalian manicure pedicure, Sha!" celutuk Luna.
"He em, boleh juga!" balas Aresha setuju.
"Mbak Nana, boleh sekalian m**i-pedi ya?" tanya Luna kepada wanita yang sedang mencuci rambutnya.
"Boleh, Kak. Mau, ya?" jawab Nana dengan ramah.
"Iya, mau. Sekalian untuk teman aku juga ya!" balas Luna.
"Baik, Kak," jawab Nana dengan semangat.
Setelah selesai keramas, ditambah dengan sedikit pijatan kepala, Aresha sudah duduk di kursi dengan cermin besar di depannya.
Begitu pula dengan Luna, yang kini duduk di sebelah Aresha. Namun, wanita yang tadi mencuci rambut Luna mampir ke bagian resepsionis untuk melaporkan tambahan permintaan dari customer-nya.
"Sudah ya, Kak Luna. Untuk Kak Aresha juga sudah ditambahkan paket m**i-pedi-nya," seru Nana sambil mengeringkan rambut Luna.
"Terima kasih, Mbak," jawab Aresha dan Luna serempak, sambil tersenyum.
Cukup lama mereka memanjakan diri di salon. Tidak terasa sudah lebih dari tiga jam. Kini waktunya masing-masing dari mereka, Aresha dan Luna, membayar.
"Cantik, Sha! Cocok banget kamu model rambut gitu... tambah cakeeeppp!" seru Luna memuji penampilan baru Aresha.
"Heheheh... Makasih juga, cantikkk!! Balik yuk...!" seru Aresha senang bisa menghabiskan waktu bersama sahabatnya itu.
"Ayo...!" balas Luna.
Mereka berdua pun menuju ke basement. Namun, mata Aresha menangkap sebuah mobil yang sangat ia kenal.
"Bukannya itu mobil Erza...?" seru Aresha sambil menunjuk ke arah mobil tersebut.
"Yang mana??" Luna ikut mencari mobil yang ditunjuk Aresha.
"Itu tuh...!!" seru Aresha lagi, lebih semangat.
"Ah iya... Ngapain tuh orang jam segini di mal...!" ujar Luna penasaran.
"Hmm... entahlah," jawab Aresha dengan nada malas.
Luna membuka bagasi mobilnya dan memasukkan belanjaan mereka.
"Atau aku coba telepon ya...?" gumam Aresha yang sudah duduk manis di kursi penumpang.
"Iya, telepon aja. Daripada kamu galau sendiri...!!" ejek Luna sambil melirik sekilas ke arah Aresha.
"Ishhh!!" kesal Aresha, lalu mengambil ponselnya dari dalam tas.
Dengan cepat, Aresha menekan nama Erza di daftar kontaknya.
"Tidak diangkat, Lun...!" gumam Aresha setelah menunggu beberapa saat.
"Coba aja lagi...!" ujar Luna sambil fokus mengemudikan mobilnya.
Aresha kembali menelepon kekasihnya. Namun, panggilannya tetap tidak diangkat.
"Sudahlah... mungkin dia gak dengar...!" seru Aresha dengan nada malas, sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Sudah, gak usah bete gitu!! Mending kamu besok fokus ngerjain si bos kamu yang super nyebelin itu...!!" tukas Luna mencoba menghibur sahabatnya.
"Siappp...!!" balas Aresha dengan semangat yang kembali muncul.