Chapter 8 - Siapa Pria Itu

1126 Kata
Sudah berlalu satu minggu semenjak Aresha mengibarkan bendera perang terhadap bosnya itu. Namun, semakin dia membuat kekacauan, yang dia dapatkan malah sebaliknya. Alvarro selalu membalasnya dengan sabar dan tidak mempermasalahkan apa pun yang dia lakukan. Seperti sore ini, dengan sengaja Aresha memasukkan garam ke dalam kopi Alvarro. Namun, Alvarro dengan santai meneguknya di hadapan Aresha. "Pak...?" gumam Aresha bingung sendiri dan tiba-tiba merasa bersalah. "Iya? Terima kasih untuk kopinya, Nona Aresha!" seru Alvarro santai sambil berdiri dan memakai jasnya. "Eh...? Ya...?" Aresha kembali dibuat bingung. Alvarro berjalan melewati Aresha dan berkata pelan, "Tidak masalah, Nona Aresha. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan..." Deg. "Jadi dia tahu?!" batin Aresha memucat. "Oh iya, sore ini saya ada urusan..." seru Alvarro. "Jadi meeting sore ini saya geser, Pak?" ujar Aresha. "Tidak perlu. Kamu bisa pulang lebih awal dan beristirahat," jawab Alvarro sambil tersenyum manis, kemudian menutup pintu ruangannya, meninggalkan Aresha. Plangg... Baki kayu yang dipegang Aresha terjatuh ke lantai. Seketika, lutut dan tangannya lemas serta bergetar. "Ada apa dengan Pak Alvarro?!" gumam Aresha bimbang. Kian hari, sikap Alvarro juga berubah terhadapnya. Sementara itu, Alvarro tersenyum penuh kemenangan melihat ekspresi Aresha. "Kamu salah memilih lawan, Nona Aresha!" seru Alvarro yang sudah masuk ke dalam lift. Dirinya membawa mobil sendiri tanpa sopir dan pergi menuju rumah pamannya. Pamannya adalah orang yang mengasuhnya sejak kecil, setelah kedua orang tua Alvarro meninggal karena kecelakaan mobil. "Uncle... Aunty!" seru Alvarro ketika masuk ke ruang keluarga. "Hai, sayang..." seru Aunty Talitha senang sambil merangkul tubuh atletis keponakannya yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri. "Hai, Son!" seru Uncle Raid bergantian merangkul Alvarro. "Bibi, tolong buatkan cappuccino panas untuk Alvarro!" seru Aunty Talitha. "Tumben pulang kantor jam segini, sayang?" sindir Aunty Talitha. "Iya... Karena Alvarro rindu sama Aunty-ku yang cantik ini!" goda Alvarro kepada Aunty Talitha, yang langsung saja mendapatkan cubitan kecil di pipinya. "Dasarrr gombal...!! Jangan istri Uncle yang digodain terus! Makanya cari istri sana!!" celutuk Uncle Raid sambil geleng-geleng kepala melihat keponakannya itu. "Masih banyak yang harus dikerjakan di perusahaan Uncle... Kecuali Vincent mau bantuin Varro di perusahaan, mungkin Varro punya waktu untuk pacaran..." kilah Alvarro, yang sudah tahu cara menangkis permintaan pamannya agar dia segera menikah. Vincent, putra pertama pemilik FF Foods, memang tidak tertarik untuk bekerja di perusahaan milik orang tuanya sendiri. Dia lebih memilih terjun langsung dan menekuni hobinya dalam membuat pastry. Seperti saat ini, Vincent membuka sebuah kafe yang menawarkan kue-kue yang sangat enak. "Hahhh!! Kalian berdua selalu saja punya jawaban!" ujar Uncle Raid menyerah. "Hehehe..." tawa Alvarro kecil. "Lalu, di mana tuh anak? Selalu saja tidak pernah pulang ke rumah kalau Aunty bahas masalah perjodohan dia!" celutuk Aunty Talitha. "Seperti biasa, dia ada di apartemenku. Aunty tidak perlu khawatir," ucap Alvarro menenangkan Aunty kesayangannya itu, yang sudah seperti ibu baginya. "Hmmm, baguslah kalau bocah nakal itu bersamamu," ujar Aunty Talitha lega. Alvarro menyesap cappuccino yang baru saja disajikan. Setelah berbincang cukup lama, Alvarro akhirnya berpamitan untuk kembali ke apartemennya. Di tengah perjalanan, Alvarro melihat sosok yang dia kenali sedang berjalan sendirian dengan wajah tertunduk. Dengan cepat, Alvarro menepikan mobilnya di tepi jalan. Ckiiit! Bunyi rem mendadak mengagetkan orang-orang di sekitar. Namun, orang yang ingin Alvarro datangi tampaknya tidak terpengaruh dengan suara riuh yang ditimbulkan. Alvarro berjalan cepat dan langsung menarik tangan wanita itu, yang tampak hanyut dalam pikirannya sendiri. "Pakkk...??" gumam Aresha shock melihat bos setengah bulenya itu tiba-tiba ada di depannya. "Ngapain kamu di sini?" tanya Alvarro dengan nada datar. "Jalan pulang, Pak," jawab Aresha seadanya. Memang benar, dia sedang dalam perjalanan pulang. Namun, pikirannya sedang kalut. Mulai dari masalah dengan pacarnya yang tidak kunjung selesai, hingga kenyataan bahwa dia tidak bisa mengundurkan diri dari pekerjaannya. Alvarro menaikkan satu alisnya. "Ayo, aku antar," ujarnya sambil menarik tangan Aresha tanpa menunggu jawaban dari sekretarisnya itu. "Tapi, Pak...!?" seru Aresha, mencoba menolak. Alvarro membuka pintu penumpang dan menyuruh Aresha masuk hanya dengan tatapannya. Setelah memastikan Aresha duduk dengan baik, Alvarro memutar ke sisi depan mobil dan masuk ke kursi pengemudi. Dengan gagahnya, Alvarro mulai menyetir mobil. "Di mana rumah kamu?" tanyanya santai sambil tetap menatap lurus ke depan. "Di kosan Bungalow, Pak," jawab Aresha singkat. "Kamu sudah makan malam?" tanya Alvarro lagi, kali ini dengan nada lebih lembut. "Sudah, Pak!" jawab Aresha cepat, namun kebohongannya langsung terbongkar ketika suara perutnya yang keroncongan terdengar jelas. Kruuuukkkk "Sepertinya perut kamu lebih jujur," sindir Alvarro sambil melirik Aresha sekilas. Ingin sekali rasanya Aresha memiliki jurus ninja agar bisa menghilang dari hadapan bosnya saat ini juga. "Dasar cacing nggak ada akhlak!" batin Aresha, menyalahkan cacing-cacing di perutnya yang tidak tahu situasi. Dia hanya bisa menggaruk kepalanya sambil cengengesan, berusaha menutupi rasa malunya. Tanpa banyak bicara, Alvarro dengan cepat memutar balik mobilnya begitu melihat jalan putar di depan. "Mau ke mana, Pak?" tanya Aresha bingung. "Makan malam," jawab Alvarro singkat sambil melirik jam tangannya, yang menunjukkan pukul delapan malam. Dia pun sebenarnya belum sempat makan malam di rumah Uncle dan Aunty-nya. "Tidak perlu, Pak," tolak Aresha dengan nada tidak enak. Lama-lama berada di samping bosnya ini membuatnya merasa seperti akan mati muda karena gugup. "Ini perintah," seru Alvarro tegas, membungkam protes Aresha seketika. "Dasar bos pemaksa!" gumam Aresha kecil, nyaris tak terdengar. "Apa yang kamu bilang?" tanya Alvarro penuh selidik, merasa gumaman Aresha seperti sebuah makian. "Tidak ada, Pak!" jawab Aresha cepat sambil tersenyum manis, berusaha menghindar. "Hmmm... manis..." gumam Alvarro kecil, tanpa sadar mengatakan apa yang ada di pikirannya. "Eh?" Aresha menoleh bingung. "Manis? Apa yang manis, Pak?" tanyanya polos, membuat wajah dan telinga Alvarro langsung memerah. "Parfum kamu," jawab Alvarro asal, berusaha menutupi rasa malunya. "Ahh... Terima kasih, Pak! Ini parfum murah kok, Pak. Hehehe..." balas Aresha konyol, lalu buru-buru menutup mulutnya karena merasa sudah bicara terlalu banyak dengan bosnya. Alvarro menahan tawanya. Dia baru menyadari bahwa sekretarisnya ini ternyata sedikit cerewet dan cukup konyol. Kurang lebih lima belas menit, akhirnya mereka tiba di salah satu restoran western yang menyajikan steak dan aneka barbeque. Mereka berdua pun berjalan masuk, tampak seperti sepasang kekasih. Sang pria begitu tampan dan tinggi, sementara Aresha, dengan postur tubuhnya yang menyerupai model, terlihat begitu menawan di sisi Alvarro. Semua mata tertuju pada mereka, seperti sedang melihat pasangan selebriti yang baru saja memasuki restoran. "Selamat malam, Tuan Alvarro. Silakan," sapa manajer restoran dengan sopan, lalu mempersilakan mereka menuju meja yang sudah disiapkan. "Malam," jawab Alvarro singkat, seperti biasa dengan nada datarnya. Aresha duduk dengan manis berhadapan dengan Alvarro. Namun, matanya langsung tertuju ke arah lain. Dia melihat sosok yang sangat dikenalnya sedang duduk bersama seorang wanita. "Ada apa, Aresha?" tanya Alvarro heran, menyadari perubahan ekspresi sekretarisnya itu. Tatapan Aresha yang kosong dan terkejut membuatnya penasaran. Alvarro mengikuti arah pandangan Aresha, mencoba mencari tahu apa yang menarik perhatian wanita itu. Namun, Aresha tidak menjawab pertanyaannya sama sekali, membuat Alvarro semakin curiga. "Siapa pria itu...?" batin Alvarro, matanya menyipit penuh selidik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN