"Mau aku bantu mengingatkanmu?" ucap Alvarro dengan suara beratnya, mendekatkan wajahnya ke wajah Aresha. Alvarro memegang dagu Aresha hingga tatapan mereka saling bertemu. Aresha meneguk saliva-nya dengan kasar. Tiba-tiba, ingatan tentang kejadian semalam langsung terlintas di kepalanya dengan begitu jelas karena hembusan napas Alvarro yang beraroma kopi. Aroma itu mengingatkan pada ciuman mereka semalam yang terasa begitu manis dengan aroma kopi dari mulut Alvarro. Aresha spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Deg. Deg. Deg. Alvarro tersenyum, lalu perlahan berdiri dan membantu Aresha untuk berdiri. Wajah Aresha sangat memerah saat ini. Ia tidak menyangka kalau dirinya akan senekat itu kepada bosnya. "Dasar minuman terkutuk!" sesal Aresha dalam hatinya. "Lain kali kalau