“Tak perluu takuuuut,,, bahkaaan kamu akaaan merasakaaann apa yaaang tidak pernaaahhh diberikaaan istrimuuu Zahraaa,,,” jawab Rianti, lalu melumat bibir Niko dengan ganas. Ploopp.... Batang Niko terlepas, tapi belum sempat protes, Rianti telah menggenggam pennisnya, lalu mengarahkan kepintu belakang. “Masukkan dengan perlahaan, sayaaang,,” bisik Rianti dengan nakal. “Ooowwwhhhh shhhiiiitttt,,,” teriak Niko, saat kepala pennisnya perlahan menghilang ditelan pintu annus yang telah lama ingin ikut dihajar. “Aaaahhh,,, gimaaanaaa,, apa kaauu sukaaa,,aaaahhh,,,” “Sempiiiitt,,, sempiiit bangeeeett,,, ini nikmaaat bangeeet,, kamu nakaaaal Riantiii,,” Rianti terkekeh disela lenguhannya, mendengar pengakuan Niko yang mencengkram pinggulnya Rianti, agar menghentak lebih kuat.

