"Ra, bangun, Ra... " Aku membuka mata perlahan dan mendapati Fatma berdiri di samping tempat tidur. Aku terdiam sejenak—menyadari jika yang barusan itu hanya mimpi. Arka yang berkata jika jatuh cinta padaku. Ada-ada saja mimpiku. Mungkin karena belakangan ini sering memikirkan lelaki itu, aku tak memungkiri jika segala hal yang Arka lakukan itu sedikit banyaknya mengganggu pikiranku. "Udah jam berapa, Ma?" "Jam 9." "Hah? Lumayan lama juga gue tidurnya." Aku menguap, lalu mengusap mataku. "Ayo keluar! Lo belum makan juga dari siang, 'kan?" Aku mengangguk. "Lo duluan aja. Gue mau teleponan dulu sebentar." Aku berniat ingin menelepon Calista hendak menceritakan mimpiku. Dari dulu, aku selalu bercerita apa pun kepada Calista. "Aneh banget mimpi gue kan, Ta?" Calista tertawa di seb