Kebanyakan orang trauma karena mengalami pelecehan, berbeda denganku yang membenci sosok yang melecehkanku dan tidak sudi rasanya menatap lelaki itu. Aku yang malam itu sudah pasrah karena tak sanggup melawan—menangis pun tak menghentikan aksinya, ditambah lagi dengan keadaan ekonomi keluargaku yang sedang sulit sehingga aku terpaksa harus segera berhenti kuliah, aku malah tertawa miris karena masalah yang datang bertubi-tubi. Kenapa nasibku seperti itu? Ingin menangis meraung pun tidak ada gunanya, karena semua telah terjadi. Aku pernah menatap jijik tubuhku yang sudah tidak suci lagi, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Saat pulang ke rumah, aku harus tampak biasa saja di depan keluargaku. Mereka tidak boleh tahu hal buruk yang telah menimpaku. Aku membenci Arka? Tentu saja. Di sisi lai