Aku memandang Sinta dan Aldi yang masih duduk tertunduk di depan mejaku. Mereka berdua sama sekali tidak berani mengangkat kepalanya untuk memandangku. Aldi juga tidak berani menatap Sinta begitu pula sebaliknya. Mereka hanya diam tertunduk tanpa suara. Tidak ada lagi perasaan apapun ketika aku memandang mereka berdua. Rasa cinta ku untuk Aldi telah hilang pupus tanpa bekas. Rasa benciku kepada Sinta karena menggoda suamiku juga hilang melayang tak berbekas. Aku hanya menganggap mereka ini dua orang karyawan yang datang menghadapku karena melakukan kesalahan dan ingin aku selesaikan dengan memberi mereka hukuman. Aku tidak lagi menganggap Aldi bagian dari hidupku. Aku sudah menghapusnya dari memoriku. Seorang laki-laki brengkseek seperti dia, tidak pantas ada dalam hidupku. Sebent