Gauri masih menelungkupkan wajahnya ke bantal. Mengabaikan panggilan Bu Nuni yang sejak tadi mengetuk pintu. Gauri bukannya marah pada wanita itu, hanya saja dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Namun, ketika suara di luar terdengar berbeda, Gauri mengangkat sebagian kepalanya lalu menoleh ke belakang. "Gauri, ini Ayah. Tolong buka pintunya." Dengan jelas Gauri mendengar suara ayahnya di balik pintu. Mengingat bagaimana sikap ayahnya di meja makan tadi, membuat Gauri enggan peduli. Dia kembali menyelamkan kepalanya, kali ini di bawah bantal. Tok tok tok. Pak Haris belum putus asa dan masih mencoba untuk membujuk Gauri. "Bagaimana?" tanya Bu Rani ikut menyusul sang suami. Pak Haris menggeleng. Lantas mata Bu Rani tertuju pada Bu Nuni yang menunduk. "Bu Nuni, nggak bisa buj