Juna mengusap lembut keringat di kening Sheya, setelahnya dia melingkupi jari-jemarinya dengan jemari Sheya. “Kamu hebat, terima kasih, ya.” Bisik Juna dengan senyum yang menenangkan, dia bahkan mengangkat tautan tangan mereka dan mengecup punggung tangan Sheya. Kali ini tidak ada penolakan seperti hari-hari yang telah lalu. Sheya mengangguk dengan senyum kecil. “Terima kasih sudah ada bersamaku, Mas.” Bisik Sheya begitu tulus. Dia baru saja menyelesaikan sesi konselingnya dengan Juna yang terus mendampinginya. “Aku senang bisa selalu ada di samping kamu. Kita jemput Anas di rumah Mama, ya?” Sheya mengangguk sebagai jawaban. Hari demi hari, dengan sesi konseling yang selalu dia ikuti, membuat Sheya merasakan perubahan dalam dirinya. Pelan-pelan dia mulai merasa lebih sehat secara

