Cassandra terkejut, tidak mungkin jika ia mengatakan yang menolongnya adalah Kavindra, atasannya yang juga saingan bisnis papanya.
"Sayangnya Cassie tidak bertanya apa apa karena terlalu shock pa."
"Tapi kamu sudah mengucapkan terima kasih kan? jika suatu saat nanti kamu bertemu lagi dengannya, katakan ucapan terima kasih dari mama dan papa," ucap pak Arya.
"Iya pasti pa. Kalau begitu Cassie berangkat ke kantor dulu."
"Apa perlu bang Carlo antar Case?"
"Tidak perlu bang, Cassie naik taksi saja," Cassandra berdiri dan kemudian keluar dari ruang makan, Cassandra berjalan melintasi halaman rumahnya yang luas dan keluar pagar rumah.
Tak menunggu waktu lama sebuah taksi melintas dan Cassandra menghentikannya.
~~~
~~~
Kavindra keluar dari rumah diikuti oleh Anna, putri semata wayangnya yang berusia enam belas tahun dan masih kelas dua SMA. Kavindra masuk dalam mobil diikuti Anna putri, ia memang sengaja tidak memakai sopir, sopir hanya untuk menjemput Anna ketika pulang sekolah dan saat berangkat ia yang mengantarkan Anna.
Kavindra lebih nyaman mengemudi sendiri tanpa sopir, walau ia CEO perusahaan garmen yang sibuk tapi ia belum memikirkan untuk memiliki sopir pribadi untuk dirinya.
Kavindra menjalankan mobilnya keluar dari rumahnya yang tak kalah besar dari rumah keluarga Arya Adyatama, Anna melihat sebuah tas tangan wanita berwarna hitam di kakinya, Anna mengambilnya dan mengernyitkan keningnya.
"Pa... ini tas siapa?" tanya Anna mengangkat tas tangan hitam yang adalah milik Cassandra.
"Tas apa sayang?" Kavindra menoleh dan terkejut ada sebuah tas wanita di mobilnya.
"Dimana tadi?"
"Dibawah sini," tunjuk Anna pada kakinya.
"Coba kamu lihat apa isinya?"
Anna membuka tas hitam itu dan melihat isinya, "ada dompet, ponsel alat make up juga ada tanda pengenal perusahaan papa."
"Tanda pengenal perusahaan papa?"
"Iya, Cassandra A. Asisten kepala divisi produksi," ucap Anna membaca tanda pengenal itu. Kavindra mengingat sesuatu, bisa jadi itu tas gadis yang ia tolong semalam dan tidak disangka gadis itu pegawainya.
"Ya sudah letakkan, nanti biar papa kembalikan."
"Okay pa," jawab Anna meletakkan tas tangan wanita itu di jok belakang, mobil Kavindra sampai di depan pagar sekolah Anna, SMA swasta bergengsi di Jakarta.
"Anna masuk dulu ya pa?"
"Iya sayang. Belajar yang giat."
"Siap bos," jawab Anna melakukan selebrasi hormat pada papanya membuat Kavindra tergelak. Anna kemudian turun dari mobil papanya dan masuk dalam sekolahnya sedangkan Kavindra kembali melanjutkan perjalanannya menuju kantor perusahaannya, ponselnya berbunyi, ia hanya melirik sejenak melihat nama penelepon di layar ponsel yang ia letakkan di depannya di sebuah penyangga.
Ia lihat nama Reina di layar ponselnya, Reina adalah mantan istrinya, mereka berpisah setahun yang lalu karena Reina berselingkuh dengan pengusaha yang lebih kaya dan sukses dari pada dirinya. Gaya hidup Reina yang sosialita kelas atas membuatnya terlena dibuai kekayaan Edward, relasi bisnis Kavindra, membuat Reina rela meninggalkan Kavindra dan Anna.
Kavindra tidak berniat menjawab telepon dari Reina karena ia sedang mengemudi, walau sebenarnya jika ia tak mengemudi pun ia enggan menjawab telepon dari Reina. Ia masih sangat terluka akan penghianatan Reina walau itu sudah sangat lama berlalu.
Mobil Kavindra memasuki area perusahaannya dimana terdapat gedung kantor dan gedung pengolahan Textile miliknya yang ia bangun susah payah di awal pernikahannya tujuh belas tahun yang lalu. Ia memarkirkan mobilnya di area parkir khusu dirinya yang tepat berada di lobby kantor, ia akan turun tapi matanya tertumbuk pada tas tangan milik Cassandra.
Kavindra bingung bagaimana ia bisa mengembalikan tas itu, jika ia mengembalikannya secara langsung, ia khawatir akan banyak pegawai yang memiliki pikiran tentangnya dan gadis yang ditolongnya itu ada hubungan khusus. Ia tak ingin tersebar gosip yang tidak tidak, Kavindra meraih tas milik Cassandra itu dan membukanya.
Semua benda milik Cassandra ada disana, ponsel, dompet dan lain lain yang pasti sangat dibutuhkan oleh gadis itu. Cassandra pasti kebingungan mencari tasnya itu dan Kavindra harus segera mengembalikan tas itu pada pemiliknya.
Saat Kavindra akan turun ia melihat Cassandra berjalan masuk dalam lobby, sepertinya gadis itu tidak membawa mobil karena ia berjalan dari jalan raya. Ia menatap Cassandra yang masuk dalam lobby dan menghilang dibalik pintu lobby.
Kavindra kembali meletakkan tas Cassandra di jok depan mobil dan keluar, mungkin ia akan pikirkan nanti cara mengembalikan tas Cassandra tanpa membuat gosip di kantor.
~~~
~~~
Kavindra duduk di kursi kebesarannya, ia kemudian memanggil sekretarisnya yang mejanya berada di depan ruangan Kavindra. Ia panggil sekretarisnya dengan menggunakan telepon paralel.
"Nina..., kamu ke ruangan saya sebentar."
"Baik pak."
Tak lama kemudian pintu Ruangan Kavindra terbuka dan Nina sekertarisnya masuk dan berdiri tak jauh dari meja Kavindra.
"Pak Kavindra butuh sesuatu?"
"Tidak, mmm..." Kavindra menyerahkan kunci mobilnya pada Nina, "Kamu ke ruangan divisi produksi dan ajak wakil kepala divisi ke mobil saya, disana ada tas tangan, serahkan padanya."
Nina menerima kunci mobil Kavindra dengan bingung, ia mengenal wakil kepala divisi produksi tapi kenapa ia diminta atasannya mengambil tas di mobil dan memberikan tas itu pada wakil divisi produksi. dengan wajah penasaran Nina akan bertanya tapi pertanyaannya terhenti karena ucapan Kavindra.
"Bapak ada hubungan..."
"Jangan salah sangka, kamu tahu saya seperti apa."
"Iya tapi..."
"Semalam saya menolongnya dari orang yang berniat jahat dan mengantarnya pulang tapi tasnya ketinggalan di mobil saya, tidak mungkin saya mengembalikan langsung padanya kan? saya tidak ingin gosip menyebar."
"oh... baik pak, akan segera saya kembalikan tasnya."
"Terima kasih Nin."
Nina berbalik dan keluar dari ruangan Kavindra, ia turun menuju lantai dasar dan menuju ruangan kepala divisi produksi.
"Cassandra..."
Cassandra yang fokus pada laptopnya mengangkat kepalanya dan melihat sekertaris direktur ada di ruangan itu.
"Mbak Nina, ada apa mbak? cari bu Alia? beliau sedang memeriksa pabrik."
"Bukan, kamu ikut aku sebentar."
"Kemana?"
"Nanti aku bilang, ayo"
dengan tanda tanya besar, Cassandra berdiri dan mengikuti Nina keluar dari ruangan kepala divisi produksi. mereka melintasi lobby dan berjalan menuju area parkir, Cassandra mengikuti langkah Nina yang berhenti di samping mobil Kavindra. Jantung Cassandra berdetak aneh saat Nina membuka mobil Kavindra dan mengambil tas tangan yang adalah tas miliknya yang tertinggal saat Kavindra menolongnya semalam.
"Ini tas kamu kan?"
"I... iya mbak."
"Memangnya semalam siapa yang mengganggu kamu? untungnya pak Kavindra lewat dan menolong kamu."
"Mantan pacar mbak, mmm... tolong katakan pada pak Kavindra ucapan terima kasih saya mbak."
"Memangnya semalam kamu tidak mengucapkan terima kasih?"
"Sudah sih."
"Iya nanti aku sampaikan, kamu boleh kembali ke ruangan kamu," ucap Nina kemudian berjalan menuju lobby meninggalkan Cassandra yang masih diam di tempatnya. Ponselnya berbunyi, ia keluarkan ponselnya tapi low bat jadi ponselnya langsung mati, ia kemudian kembali ke ruangan kepala divisi produksi dan mengisi batere ponselnya.
Ia kemudian kembali bekerja hingga jam makan siang tiba.
"Mbak Cassandra, mau makan siang dimana?"
"Aku nitip aja ya, malas keluar," jawab Cassandra.
"Baik mbak," jawab Rini salah satu staf produksi, ia dan temannya Via keluar dari ruangan kepala divisi menuju kantin yang ada di luar gedung kantor.
Cassandra menyalakan ponselnya dan terkejut karena banyak sekali misscall dari Nathalie, itu karena semalam ia tak memegang ponselnya yang tertinggal di mobil Kavinda. Ia kemudian menghubungi Nathalie, Nada dering terdengar sekali dan sudah dijawab oleh Nathalie.
"Halo..."
"Cas... kamu kemana saja, kenapa telepon aku sejak semalam tidak kamu angkat? kamu marah sama apa? tapi apa salahku?"
"ck... satu satu tanyanya. nanti setelah pulang aku jelaskan, kita ke cafe ya?"
"oke, see you."
Cassandra meletakkan kembali ponselnya dan menunggu kedatangana Rini dan Via dengan browsing dengan laptopnya, Nathalie adalah sahabatnya tapi ia ragu apakah ia harus menceritakan kejadian semalam pada sahabatnya itu? apalagi tentang Kavindra yang menolongnya.
Lynagabrielangga.