"Bibik pulang saja, biar saya yang disini," ucap Kavindra pada art Cassandra. 
"Tapi tuan..." 
"Tidak apa apa, bibik bisa percaya saya. Saya akan menjaga Cassie dengan baik," ucap Kavindra. 
Art Cassandra menatap Kavindra ragu, ia tidak tahu siapa Kavindra dan  apa hubungan pria itu dengan nonanya hingga pria di depannya bersikeras  menjaga Cassandra di rumah sakit. Tetapi art itu yakin jika nonanya dan  pria di depannya memiliki hubungan lebih dari sekedar rekan kerja. 
"Baiklah tuan, saya akan pulang. Titip nona Cassie," ucap art  Cassandra, Kavindra mengangguk dan art itu kemudian keluar dari ruang  rawat inap Cassandra. 
Ponsel Kavindra berbunyi, sebuah panggilan dari pak Agung. 
"Halo Gung..." 
"Bagaimana keadaan mbak Cassandra bos." 
"Dia sudah membaik." 
"Dia sakit apa bos?" 
"Lambungnya bermasalah karena tidak makan dengan benar dan terlalu memfosir tenaganya untuk bekerja." 
"Hah, kenapa bisa begitu? bukannya perusahaan kita jarang  mewajibkan pegawai office lembur kecuali bagian produksi, walau memang  mbak Cassandra wakil kepala divisi produksi." 
"Entahlah Gung aku juga tidak mengerti, nanti aku akan bertanya pada Cassandra." 
"Baiklah bos, salam buat mbak Cassandra." 
"Iya nanti aku sampaikan Gung." 
"Oh ya bos, ini non Anna bertanya kenapa bos belum pulang, saya harus jawab apa?" 
"Katakan saja kalau aku masih ada urusan, besok aku akan pulang." 
"Oke bos." 
Kavindra mengakhiri sambungan teleponnya dengan pak Agung, ia  berbalik dan memandang Cassandra yang masih memejamkan matanya. Kavindra  berjalan mendekati brankar dan duduk di kursi yang berada tak jauh dari  brankar, matanya tak lepas dari wajah pucat Cassandra. Walau dokter  mengatakan keadaan Cassandra sudah membaik tapi ia masih mengkhawatirkan  keadaan gadis itu, gadis yang sudah membuatnya jatuh cinta lagi setelah  sekian lama. Setelah menutup diri dari yang namanya cinta setelah  penghianatan istrinya beberapa tahun lalu. 
Tanpa Kavindra sadari, Cassandra sudah membuka matanya, Cassandra  menatap Kavindra dengan tatapan heran karena melihat atasannya itu  seperti sedang melamun dan memikirkan sesuatu. 
"Pak Kavindra kenapa?" tanya Cassandra membuat lamunan Kavindra buyar dan kemudian menatap Cassandra, ia kemudian tersenyum. 
"Kamu sudah bangun? bagaimana keadaan kamu sekarang?" 
"Semakin membaik, I guess," jawab Cassandra, ia mulai bisa menguasai  dirinya, "sebaiknya pak Kavindra pulang, Anna pasti merindukan papanya,  kenapa malah ada disini." 
"Kamu... apakah kamu tidak merindukan aku juga?" tanya Kavindra  frontal membuat Cassandra mendelik, pertanyaan Kavindra tidak pernah ia  duga sebelumnya. Cassandra memalingkan wajahnya ke arah lain, wajahnya  terasa panas karena ucapan Kavindra. Kavindra tersenyum melihat reaksi  Cassandra yang terlihat malu saat ia mengatakan tidakkah Cassandra  merindukan dirinya, tapi Kavindra yakin jika dirinya dan Cassandra  memiliki perasaan yang sama hanya saja Cassandra tidak mau mengakuinya  saat ini tapi Kavindra yakin itu tidak akan lama lagi. 
Bagi Kavindra Cassandra adalah gadis yang istimewa dan tidak mungkin  ia akan berhenti memperjuangkan cintanya kepada gadis itu walau ia tahu  akan berat nantinya, tapi ia bukan pria yang mudah putus asa, ia bisa  berusaha dari bawah untuk mengembangkan perusahaannya kenapa untuk  memperjuangkan cintanya ia tidak bisa. 
Cassandra kemudian duduk dari berbaringnya dan akan turun dari brankar. 
"Kamu mau kemana?" 
"Saya mau ke kamar mandi," jawab Cassandra. 
"Biar aku bantu," ucap Kavindra kemudian berdiri dan berputar menuju  sisi kiri brankar, ia membantu Cassandra turun dari brankar dan  memapahnya menuju kamar mandi, Kavindra juga mendorong tempat  menggantung infus. Ia membantu Cassandra hingga masuk dalam kamar mandi  kemudian Kavindra keluar dan menunggu di depan pintu kamar mandi. 
Cukup lama Cassandra berada di kamar mandi membuat Kavindra khawatir  terjadi sesuatu pada gadis itu, ia ingin masuk tapi ia ragu karena bisa  jadi Cassandra memang masih buang air, tapi sisi hatinya yang lain  khawatir Cassandra pingsan dalam kamar mandi. Kavindra sudah memegang  handle pintu kamar mandi dan akan membukanya tapi handle kamar mandi  bergerak, pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Cassandra berdiri di  ambang pintu kamar mandi. 
"Kenapa tidak memanggil aku kalau sudah selesai?" 
"Saya bisa sendiri pak, jangan membuat saya jadi pasien yang manja,"  ucap Cassandra membuat Kavindra tersenyum, itulah yang disukai Kavindra  dari Cassandra, Cassandra bukan gadis manja yang mengandalkan orang lain  untuk melakukan sesuatu. 
Cassandra melangkah keluar dari kamar mandi tapi karena kurang hati  hati kaki kanannya tersandung oleh kaki kirinya membuat tubuh Cassandra  hampir terjerembab, untungnya Kavindra sigap menangkap tubuh Cassandra  sehingga gadis itu tidak tersungkur di lantai. 
"Hati hati Cas," ucap Kavindra memeluk pinggang Cassandra, sedangkan  Cassandra berpegangan pada bahu Kavindra, mereka saling menatap, mata  mereka bersirobak menciptakan getaran getaran yang makin kuat diantara  mereka. 
Cassandra menatap mata Kavindra yang hitam kelam, mata yang jernih  bagai danau membuat Cassandra tak bisa mengalihkan pandangannya dari  mata pria yang sudah menyatakan perasaannya kepada dirinya. Walau mati  matian Cassandra mengingkari perasaannya tapi tetap saja Cassandra tahu  ia juga sudah jatuh cinta pada Kavindra dan ia tidak tahu sejak kapan  rasa itu hadir di hatinya. 
Pintu kamar rawat terbuka menampakkan seorang dokter dan perawat  berjalan masuk dalam ruang rawat VVIP yang ditempati Cassandra membuat  Kavindra dan Cassandra memisahkan diri. 
"Selamat pagi nona Cassandra, bagaimana perasaan anda hari ini?"  tanya dokter wanita itu pada Cassandra. 
"Semakin membaik dokter," jawab Cassandra, Kavindra kemudian membantu  Cassandra berjalan ke arah brankar dan membantunya naik ke atas brankar  dan duduk bersandar di ujung brankar. Dokter kemudian memeriksa keadaan  Cassandra sedangkan Kavindra duduk di kursi di sebelah kiri brankar. 
"Bagus, sudah stabil, hari ini boleh pulang nona Cassandra," ucap dokter kemudian. 
"Benarkah dokter?" tanya Cassandra senang. 
"Tentu saja, tapi harus diingat, jangan makan makanan kasar dulu, yang lembek saja karena lambungnya masih penyesuaian." 
"Baiklah dokter." 
"Baiklah saya tinggal dulu, silahkan segera ke administrasi rumah sakit untuk menyelesaikan dokumen kepulangan." 
"Baik dokter, saya akan segera kesana," jawab Kavindra kemudian. 
Dokter dan perawat kemudian keluar dari ruangan VVIP dimana Cassandra dirawat, Kavindra berdiri dan menatap Cassandra. 
"Aku ke administrasi rumah sakit dulu," Kavindra berbalik dan melangkah menuju pintu. 
"Tunggu..." 
Kavindra menghentikan langkahnya, ia kembali berbalik dan memandang Cassandra. 
"Ada apa?" 
"Biar bibik yang menyelesaikan administrasi rumah sakit," jawab Cassandra. 
"Aku sudah menyuruh art kamu pulang." 
"Hah... kenapa?" 
"Aku ada disini untuk menjaga kamu, itu sudah cukup kan?" 
Cassandra terdiam mendengar jawaban Kavindra, ia yakin pria itu  meminta pulang artnya karena ia tak melihatnya sejak kemarin. Melihat  Cassandra tidak bereaksi, Kavindra melanjutkan langkahnya keluar dari  kamar rawat inap Cassandra. 
~~~ 
~~~ 
Sebuah  mobil berhenti di depan pintu gerbang tinggi rumah Cassandra, mobil itu  dikemudikan oleh sopir, disamping sopir duduk pak Agung sedangkan  Cassandra duduk di jok belakang bersama Kavindra. Cassandra menghubungi  security dan memintanya membuka pintu gerbang agar mobil Kavindra bisa  masuk, Kavindra memaksa mengantarkan Cassandra pulang walau Cassandra  menolak. 
Awalnya Cassandra menolak saat Kavindra berencana  mengantarkan dirinya pulang, ia tidak mau Kavindra tahu identitasnya  yang sebenarnya. Tentu Kavindra akan mengantarnya masuk ke dalam dan  pasti identitasnya sebagai putri pengusaha garmen saingan Kavindra  terbongkar, Cassandra ingin pulang dengan dijemput sopir dan artnya saja  tapi sia sia, Kavindra bersikeras mengantarnya pulang dan menghubungi  pak Agung untuk menjemput mereka. 
Mobil Kavindra masuk di  halaman rumah Cassandra yang luas dengan banyak mobil terparkir disana  dari city car hingga mobil sport, Kavindra dan pak Agung saling pandang,  bingung sekaligus heran. Mereka yakin Cassandra bukan orang  sembarangan, tapi kenapa gadis itu malah bekerja hanya sebagai asisten  kepala divisi produksi, gadis kaya seperti Cassandra menjadi pegawai  biasa adalah hal yang luar biasa. 
Kavindra membuka pintu  mobil, ia kemudian berputar dan membuka pintu mobil sisi lain serta  membantu Cassandra keluar dari mobil, Pak Agung juga ikut keluar membawa  tas berisi pakaian Cassandra. Mereka kemudian berjalan masuk dalam  rumah Cassandra sedangkan perasaan Cassandra mulai tak menentu, wajahnya  terlihat khawatir. 
Lynagabrielangga.