Part 31

1221 Kata
Kavindra duduk di kursi yang berada di samping brankar dimana Cassandra terbaring lemah tak berdaya, ia menggenggam jemari tangan Cassandra yang bebas dari jarum infus. Kavindra menatap wajah sayu Cassandra, entah kenapa ia tak berpikir panjang saat mendengar jika Cassandra terbaring di rumah sakit tanpa keluarga yang menjaganya, Kavindra memutuskan segera pulang ke Jakarta dan disinilah ia kini. Kavindra tahu perasaanya itu bukan hanya rasa sesaat pada seseorang tapi benar benar rasa cinta yang mendalam untuk Cassandra, ia ingin Cassandra tahu jika dirinya tulus mencinta gadis itu bukan karena sebab lain. Kavindra tahu Cassandra memiliki rasa yang sama tetapi mungkin menjalin hubungan dengan pria yang usianya terpaut jauh tidak ada dalam pikiran Cassandra, dan itu adalah halangan terbesar saat ini bagi Kavindra mendapatkan hati Cassandra. Kavindra menguap, rasa kantuk menyerang, ia letakkan kepalanya di brankar Cassandra dengan tangan masih menggenggam tangan kanan Cassandra. Tak menunggu waktu lama, Kavindra pun terlelap tidur. Cassandra membuka matanya, kepalanya terasa masih sangat pusing. Ia menatap langit-langit kamar rawat inap yang ia tempati dan mulai menyadari dimana ia berada, ia mengingat ingat kejadian dimana ia berjalan bersama Nathalie dan beberapa wakil kepala divisi untuk briefing tapi tiba-tiba ia merasakan kepalanya sangat berat dan ia tidak tahu apa apa lagi. Cassandra terlalu memforsir tenaganya untuk bekerja, bukan untuk mendapatkan pujian atau hal lain tapi untuk melupakan perasaannya pada Kavindra yang adalah bos founder perusahaan dimana ia bekerja. Tapi walau Kavindra pergi jauh ke London tetap saja bayangan pria itu tak mau pergi sedetikpun dari pikirannya, Cassandra sering melewatkan acara makan sehingga lambungnya bermasalah dan tumbang. Cassandra harus menerima saat opname seperti ini ia hanya dijaga oleh ART rumahnya saja karena keluarganya dan keluarga Jenny sedang berlibur ke Spanyol, walau saat mendengar Cassandra opname keluarganya memutuskan pulang tapi tetap saja ia sendirian. Cassandra mencoba duduk dengan menggunakan tangan kanannya tapi ia tidak dapat menggerakkan tangan kanannya karena ada sesuatu yang berat yang menahannya. Cassandra menajamkan penglihatannya dan matanya membola melihat siapa yang ads di ruang rawat inapnya saat ini dengan menggenggam tangan kanannya. "Pak Kavindra?" gumam Cassandra, jantungnya kembali berulah dengan berdebar tak beraturan menyadari siapa yang saat ini ada bersamanya. Alih-alih menarik tangan kanannya, Cassandra malah merasakan hawa hangat yang menenangkan dari genggaman tangan Kavindra. Cassandra tidak tahu sejak kapan Kavindra ada di ruang rawat inapnya, ia berpikir pria itu masih ada di London untuk beberapa hari ke depan tetapi kenapa malah sudah kembali ke Jakarta bahkan ada dimana ia dirawat. "Dari mana dia tahu aku sakit?" gumam Cassandra, ia teringat momen dimana Kavindra mengutarakan perasaannya waktu itu. Satu sisi Cassandra senang karena Kavindra memiliki perasaan yang sama dengannya tapi disisi lain ia ragu, apakah ia akan mengikuti kata hatinya yang jatuh cinta atau berpikir lagi seribu kali untuk itu karena semua ini mustahil baginya. Cassandra takut jika ia memilih menjalin hubungan dengan Kavindra nanti, apa yang akan dikatakan papanya, mama juga kakaknya. Lalu apa nanti pendapat Kavindra jika tahu jatidirinya yang sebenarnya, Cassandra bingung dan tenggelam dalam perasaannya sendiri. Cassandra kembali memejamkan mata untuk menghalau rasa pusing di kepalanya, pusing karena sakit juga pusing tentang masalah perasaannya. ~~~ ~~~ Kavindra melangkah keluar dari kamar mandi dengan wajah segar setelah cuci muka, ia melihat Cassandra sudah bangun dan duduk bersandar di ujung brankar. Kavindra menghentikan langkahnya ragu untuk mendekati Cassandra, begitu juga Cassandra yang masih terkejut dan bingung kenapa Kavindra masih ada di ruang rawat inap yang ia tempati bukannya pulang. Keduanya saling tatap tanpa ada satu kata yang mereka ucapkan, pintu ruang rawat yang terbuka dan menampakkan art Cassandra bersama dokter dan perawat berjalan masuk. "Nona Cassandra sudah sadar, bagaimana keadaan nona, apa yang nona rasakan?" tanya dokter wanita yang berjalan mendekati brankar dimana Cassandra berada. "Kepala saya masih terasa pusing dokter," jawab Cassandra sambil melirik Kavindra yang berjalan mendekati brankar. "Tentu saja nona masih merasakan pusing, apakah perut nona juga masih perih?" Cassandra mengangguk pelan, ia menatap Kavindra kemudian kembali menatap dokter. "Apa sebenarnya yang terjadi pada Cassandra dokter?" Kavindra mulai ikut bertanya. "Nona Cassandra pingsan karena ada masalah di lambungnya, ia tidak makan dengan benar dan memforsir tenaganya untuk bekerja jadi ia tumbang. Ia harus dirawat beberapa hari disini dan jika sudah stabil bisa istirahat di rumah." "Separah itu?" tanya Kavindra dengan wajah khawatir menatap dokter dan kemudian menatap Cassandra. "Benar, biar saya periksa dulu," ucap dokter itu kemudian memeriksa keadaan Cassandra dan meminta perawat mencatat apa yang ia katakan. Dokter dan perawat kemudian keluar dari ruang rawat VVIP yang ditempati oleh Cassandra, sedangkan Cassandra menatap Kavindra. "Kenapa pak Kavindra ada disini?" "Kenapa? tidak boleh?" "Itu... maksud saya kenapa? bukannya seharusnya pak Kavindra di London?" tanya Cassandra, art rumah Cassandra kemudian pamit keluar karena merasa ia tak harus mendengarkan pembicaraan Kavindra dan Cassandra. "Tentu saja karena aku mengkhawatirkan keadaan kamu, bagaimana bisa kamu pingsan karena tidak makan dengan benar karena bekerja terlalu keras keras, aku rasa aku tidak memberlakukan peraturan yang ketat dalam bekerja." "Mengkhawatirkan saya? kenapa?" "Kamu masih bertanya? apakah harus aku ulangi lagi apa yang pernah aku katakan di area parkir waktu itu?" Cassandra terdiam, ia berpikir apakah benar Kavindra sangat mengkhawatirkannya hingga segera pulang dari London untuknya? mengetahui hal itu hati Cassandra merasa Kavindra serius dengan apa yang diucapkannya waktu itu. Kavindra berjalan mendekat ke sebelah kanan ranjang, ia meraih tangan kanan Cassandra dan menggenggamnya. "Apa tidak ada rasa itu di hati kamu untuk aku?" tanya Kavindra menatap dalam pada manik mata Cassandra yang berwarna coklat. Cassandra terkesiap menerima perlakuan Kavindra, jantungnya berdegup kencang tapi ada hawa hangat mengalir dari tangan Kavindra ke seluruh tubuhnya membuat Cassandra merasa nyaman. Walau bagaimanapun usahanya untuk mengingkari rasa dihatinya pada Kavindra juga mencoba menenggelamkan diri dalam pekerjaan yang malah membuatnya tumbang tapi tetap saja rasa itu tidak mau pergi. "Saya..." sebelum Cassandra menyelesaikan kalimatnya ponsel miliknya yang terletak di meja berdering. Kavindra melepaskan genggaman tangannya dari Cassandra dan mengambil ponsel Cassandra dan menyerahkannya pada gadis itu. Cassandra menatap layar ponselnya, nama Carlo terpampang di layar ponsel Cassandra. Hati Cassandra bergolak, mungkin saja keluarganya sudah ada di Jakarta dan akan segera datang ke rumah sakit. Ia menatap Kavindra, Cassandra takut jika saat keluarganya datang Kavindra masih ada di ruang rawat inapnya dan mengetahui hal identitasnya. Dengan ragu, Cassandra kemudian menjawab panggilan Carlo. "Halo bang..." "Case, sepertinya kami tidak bisa secepatnya pulang." "Apa? kenapa bang?" "Ada insiden peledakan di hotel tempat kami menginap jadi semua tamu hotel dilarang check out Case."  "Apa?! jadi mama, papa dan Abang tidak bisa pulang?" "Benar Case, kami disini untuk waktu yang tidak bisa ditentukan, maaf ya Case kami tidak bisa menjaga kamu saat sakit seperti ini." "Tidak apa apa bang, aku sudah lebih baik. Abang fokus saja dengan apa yang terjadi disana, semoga kalian segera pulang." "Baiklah, kamu jaga diri, semoga kami bisa segera masuk kembali ke ke Jakarta." "Ok bang, see you." Cassandra mengakhiri sambungan teleponnya dengan Carlo. "Ada apa?" tanya Kavindra. "Keluarga saya belum bisa pulang, ada insiden di hotel dimana mereka menginap." "Kalau begitu biar aku disini menjaga kamu," ucap Kavindra. "Tapi pak..." "Jangan membantah, biar aku minta art kamu pulang. Sekarang kamu istirahat saja," Kavindra membantu Cassandra berbaring dan anehnya Cassandra tidak melakukan penolakan lagi membuat Kavindra merasa ada harapan untuknya mendapatkan hati Cassandra. Cassandra memejamkan matanya, ia bingung kenapa ia diam dan tak menolak saat Kavindra bersikeras menjaga dirinya, bahkan hatinya merasa senang karena ada seseorang yang care kepadanya disaat sakit seperti ini. Lynagabrielangga. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN