Part 30

1257 Kata
Kavindra dan pak Agung keluar dari sebuah gedung pencakar langit kota London dengan wajah sumringah, mereka menandatangi MOU dengan perusahaan export import di London yang akan bekerjasama mendistribusikan hasil produksi dari Semesta Alterio Textile di London bahkan menjadi pemasok utama sebuah butik terkenal di London. "Kita berhasil Gung," ucap Kavindra. "Iya bos, selamat." "Selamat juga buat kamu dan seluruh pegawai kita atas kerja yang beekualitas dan menghasilkan produk yang berkualitas juga Gung." "Benar bos dan itu tak luput dari tangan dingin bos yang kemarin mengirim staf ke Melbourne belajar di MGT." "Iya benar, ayo kita kembali ke hotel, besok kita ada waktu free, kamu bisa belanja untuk istri dan anak kamu." "Baiklah bos." Kavindra dan pak Agung berjalan menuju mobil yang mereka sewa untuk mobilitas di London, mereka kemudian masuk. Mobil bergerak meninggalkan gedung pencakar langit menuju hotel dimana mereka menginap. "Gung, besok sebelum kamu jalan jalan kita zoom meeting dulu dengan kepala divisi, juga minta mereka membawa notulen," ucap Kavindra. "Baik bos." "Kita harus menyampaikan semua yang kita raih disini juga agar mereka bisa berbangga hati akan hasil kerja keras mereka." "Iya bos... mmm... bos sudah menghubungi mbak Cassandra?" tanya pak Agung. Kavindra sontak menoleh pada pak Agung yang duduk di sebelahnya, ia kemudian menggelengkkan kepalanya. "Kenapa?" "Mungkin nanti saat kembali ke Jakarta aku akan menemuinya lagi, aku rasa jika aku menghubungi sekarang Cassandra tidak akan mau menjawab telepon dariku." "Bos jangan pesimis dulu sebelum mencoba." "Aku bukan pesimis Gung, hanya memberinya waktu saja. Jangan khawatir, aku tidak akan menyerah semudah itu," jawab Kavindra, hatinya sudah terlanjur terpaut pada Cassandra dan ia rasa inilah saatnya meraih kebahagiaan dalam cinta. ~~~ ~~~ Kavindra dan pak Agung duduk bersebelahan di sofa, di depan mereka sebuah televisi layar besar yang tersambung dengan laptop menampikan wajah wajah kepala divisi di perusahaannya, dari kepala divisi keuangan, kepala divisi marketing, kepala divisi HRD dan kepala divisi produksi. Di samping kepala divisi duduk notulen masing masing yang adalah wakil kepala divisi, Kavindra fokus memberikan arahan juga memberitahu apa yang ia raih di London, ia juga memberikan selamat kepada para kepala divisi juga berterima kasih akan kerja keras mereka selama ini hingga perusahaan sampai dititik keberhasilan. Sedangkan pak Agung menatap sesoorang di layar yaitu bu Alia dimana di samping bu Alia bukan Cassandra tapi orang lain, tapi ia lihat Kavindra tidak menyadari hal itu. "Maaf bisa saya menyela sebentar," tanya pak Agung, Kavindra menoleh tidak mengerti kenapa pak Agung menyela zoom meeting kali ini. "Ada apa Gung?" "Bu Alia..." "Iya pak Agung." "Bukannya asisten bu Alia itu mbak Cassandra, kenapa beda?" tanya pak Agung. "Oh iya pak, Cassandra sedang sakit, dia opname sejak kemarin, kasihan pak keluarganya malah sedang berlibur ke Spain jadi dia hanya dijaga ART nya." Jantung Kavindra serasa mencelos mendengar ucapan bu Alia, ia menatap layar TV dan pak Agung bergantian. Kavindra mengkhawatirkan keadaan Cassandra dan takut terjadi sesuatu pada gadis itu, Kavindra diam hanyut dalam pikirannya tapi deheman pak Agung menyadarkan dirinya. "Baiklah saya akhiri meeting ini, sampai jumpa di meeting yang akan datang di Jakarta," ucap Kavindra buru bur mengakhiri meeting. Ia kemudian berdiri menuju lemari hotel sedangkan pak Agung membereskan peralatan zoom meeting. Kavindra membereskan pakaiannya, ia memutuskan segera kembali ke Jakarta sekarang juga. "Bos mau kemana?" tanya pak Agung. "Aku harus kembali ke Jakarta sekarang juga Gung, kamu bisa mengusahakan tiketnya sekarang?" "Tapi kita sudah membeli tiket untuk lusa bos." "Aku tidak bisa menunggu selama itu, kamu kan dengar sendiri jika Cassandra sedang opname di rumah sakit dan dia sendirian tanpa keluarganya." Pak Agung menatap Kavindra sejenak lalu mengeluarkan ponsel dari kantong jaketnya, ia menghubungi relasi untuk memesankan tiket kepulangan Kavindra. Pak Agung yakin bahwa bosnya memang sangat mencintai Cassandra, sangat terlihat wajah khawatir Kavindra saat bu Alia mengatakan Cassandra sedang sakit dan opname. Oooo---oooO Akhirnya Kavindra bisa pulang dengan penerbangan tengah malam, dan Pak Agung juga ikut pulang ke Jakarta, tidak mungkin ia tinggal di London hingga lusa jika bosnya kembali ke Jakarta. "Maaf ya Gung, kamu juga harus ikut pulang, padahal kamu mau membeli souvenir untuk istri dan anak kamu," ucap Kavindra, mereka sedang berada dalam pesawat penerbangan menuju Jakarta. "Tidak apa apa bos." "Setelah landing tolong cari informasi dimana rumah sakit tempat Cassandra dirawat." "Baik bos, bos istirahat saja dulu dalam flight ini." "Kamu benar," Kavindra kemudian mencoba memejamkan mata dan tidur karena ia ingin nanti bisa segera melihat keadaan Cassandra di rumah sakit. ~~~ ~~~ Kavindra berjalan terburu-buru memasuki lobby rumah sakit Citra Medika menuju lift, dibelakangnya pak Agung berjalan mengikuti Kavindra. "Di lantai 12 kan Gung?" tanya Kavindra sebelum menekan angka di lift." "Iya bos." Kavindra menekan angka 12 dan lift segera menutup dan bergerak naik, pintu lift terbuka di lantai dua belas. Kavindra dan pak Agung segera keluar dari lift, pak Agung mengatakan jika Cassandra dirawat di ruang VVIP ruang Anyelir dan dijaga oleh ART nya. Dua kamar dari lift adalah ruang VVIP Anyelir, Kavindra dan pak Agung menghentikan langkahnya dan saling pandang. Kavindra bingung apa yang harus ia lakukan, jika ia masuk apakah Cassandra akan marah atau tidak. "Kenapa bos?" tanya pak Agung. "Bagaimana kalau Cassandra marah saat melihatku?" "Tidak akan bos, mbak Cassandra bukan orang seperti itu." Kavindra menghirup udara dalam dalam mengisi paru-parunya dengan oksigen, ia kemudian mengetuk pintu beberapa kali dan memutar handle pintu kemudian masuk dalam ruang rawat Cassandra. Waktu menunjukkan pukul 8 malam, penebangan London-Jakarta yang belasan jam tak membuat Kavindra lelah, ia segera meminta sopir perusahaan yang menjemputnya dengan mobil perusahaan segera memacu mobil ke rumah sakit dimana Cassandra dirawat. Sampai di bandara internasional Soekarno Hatta jam enam sore serta perjalanan dua jam ke rumah sakit tak membuatnya lelah padahal ia tidak tidur nyenyak saat di pesawat. Kavindra dan pak Agung melihat Cassandra berbaring di brankar dengan mata terpejam dan nafas teratur sedangkan seorang wanita paruh baya duduk di kursi tak jauh dari brankar, ia menatap Kavindra dengan wajah bingung. "Maaf, apakah anda salah kamar?" tanya art Cassandra. Kavindra tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "tidak, saya memang ingin menjenguk Cassandra, apakah keadaannya baik baik saja?" tanya Kavindra. "Anda siapa?" "Saya... Teman kerjanya," ucap Kavindra membuat pak Agung menatapnya heran tapi pak Agung menyadari tak mungkin Kavindra mengatakan jika dirinya adalah bos Cassandra karena tidak masuk akal seorang bos menjenguk karyawannya yang opname. "Oh temannya non Cassandra, kata dokter keadaannya belum baik baik saja, saya juga tidak paham," jawab art itu. "Apakah keluarganya tidak akan pulang dari liburan saat tahu keadaan Cassandra?" "Tuan dan nyonya akan sampai besok pagi di Jakarta." Kavindra mengangguk mengerti. "Kalau bibik ada yang harus dilakukan, pergi saja biar saya disini," ucap Kavindra. "Mmm... Sebenarnya ada beberapa barang dan baju non Cassie yang harus saya ambil." "Bibik pergi saja, saya akan menjaganya." "Baiklah, terima kasih. Saya akan segera kembali." "Tidak perlu buru-buru" jawab Kavindra kemudian. Art Cassandra kemudian keluar dari kamar rawat Cassandra dan meninggalkan Kavindra dan pak Agung. "Kamu pulang saja Gung istirahat, biar aku disini." "Bos tidak pulang?" tanya pak Agung. "Aku akan lihat keadaan Cassandra dan bertanya pada dokter, aku belum tenang pulang saat Cassandra terbaring sakit seperti itu, dia juga pernah melakukan ini bukan, menjagaku saat aku sakit." "Baiklah, jika bos perlu sesuatu, bos hubungi saya." "Iya pasti." Pak Agung kemudian berbalik dan keluar dari ruang rawat Cassandra, tinggallah Kavindra sendiri. Ia berjalan mendekati Cassandra yang terbaring di brankar, wajahnya pucat pasi, jarum infus menancap di tangan kirinya. Hari Kavindra terasa sedih melihat keadaan Cassandra yang tak berdaya, ia kemudian duduk di kursi tak jauh dari brankar. Ia membelai wajah Cassandra dan menyingkirkan anak rambut Cassandra yang menjuntai ke wajah gadis itu, suhu badan Cassandra terasa panas. Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN