Cassandra memarkirkan mobilnya seperti biasa, dia area parkir khusus staf. Ia belum melihat mobil Nathalie, Cassandra kemudian berjalan menuju lobby gedung kantor dan menuju ruangan kepala divisi produksi. Seperti biasa Cassandra datang paling dulu dari dua staf lainnya.
Cassandra kemudian duduk di meja kerjanya dan menyalakan PC di hadapannya, ia menulis semua apa yang ia pelajari di Melbourne Grand Textile dan menyimpannya di file komputer lalu meng copy paste di flash disk miliknya.
Ia akan mempelajari juga apa yang sudah ia pelajari dan catat di buku catatannya, ia tidak berniat selamanya bekerja di perusahaan Kavindra, suatu saat ia ingin membuat perusahaannya sendiri dan itu adalah cita citanya sejak dulu.
Tiba tiba tanpa Cassandra sangka bayangan insiden di kamar hotel saat ia jatuh di atas Kavindra, ia memukul kepalanya pelan, "ya Tuhan Case, apa yang kamu pikirkan? kenapa mengingat insiden itu, lupakan!" batin Cassandra.
"Mbak Cassandra kenapa? kepalanya sakit?" Cassandra dikejutkan dengan suara seseorang, ia menoleh dan melihat Rini dan Via yang berjalan masuk dalam ruangan.
"Eh... kalian sudah datang?"
"Iya mbak, bagaimana tugas di Australia? pasti menyenangkan ya mbak bisa ke luar negeri," ucap Via.
Cassandra hanya tersenyum, ke luar negeri bagi Cassandra tidaklah istimewa, biasa saja baginya karena hampir setengah negara sudah ia kunjungi bersama keluarganya.
Cassandra kembali fokus pada pekerjaannya.
Sedangkan di ruangannya di lantai tiga, Kavindra memeriksa laporan dari beberapa kepala divisi tentang apa yang mereka dapatkan saat magang di MGT. Perutnya masih sedikit nyeri sesekali dan belum kering benar jahitannya tapi ia paksa untuk ke kantor.
Kavindra tidak memberitahu Anna putrinya juga kedua orangtuanya yang memang tidak tinggal bersamanya, Kedua orangtua Kavindra tinggal di Singapore menempati mansion mewah di Singapore. papa Kavindra juga pengusaha tapi bidang yang ia geluti adalah export import dan kantornya ada di Singapore.
Kavindra tahu tahu mama dan papanya akan kalang kabut saat tahu ia ditusuk oleh orang di Australia, mengingat insiden penusukan itu tiba tiba ingatan Kavindra tertuju pada sosok Cassandra. Gadis yang adalah pegawainya dengan sukarela mendonorkan darah untuk menyelamatkan nyawanya, jika dibandungkan saat ia menolong Cassandra dari kebejatan mantan pacarnya sepertinya itu tak sebanding.
Kavindra merasa berhutang nyawa kepada gadis itu dan ingin memberikan sesuatu untuk membalas budi Cassandra tapi ia bingung apa yang harus ia berikan pada gadis itu, ia lihat Cassandra bukan gadis biasa, dari gerak geriknya, gadis itu memiliki attitude high class. Ingatan Kavindra kemudian melayang pada kejadian di kamar hotelnya saat pak Agung pulang lebih dulu ke Jakarta.
Kavindra menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya, ia memejamkan matanya dan kejadian itu kembali melintas, Kavindra meraba bibirnya, masih ia rasakan lembut bibir Cassandra. Kavindra membuka matanya dan menggeleng.
"Apa apaan kamu Kav, kenapa malah membayangkan ciuman itu, itu bukan ciuman, hanya tidak sengaja bibirnya menempel di bibirmu karena kamu tahan tangannya," gumam Kavindra.
Kavindra juga bingung kenapa ia malah terus menerus memikirkan kejadian itu dan sialnya ia menyukainya.
"Kav... jangan bodoh kamu, hentikan fikiran fikiran itu."
Kavindra bingung kenapa hal itu mempengaruhinya, jika saat ini ia bertemu dengan Cassandra, ia pasti merasa tidak enak karena insiden itu, dan pastinya Cassandra juga demikian. Kavindra kembali fokus pada berkas di mejanya dan memeriksanya, ia berharap ilmu yang diserap pegawainya dari MGT bisa berguna dan memajukan Semesta Alterio Textile.
Oooo---oooO
Cassandra berkali kali mencoba menyalakan mesin mobilnya tapi tetap kesulitan, hari sudah beranjak malam tapi ia masih ada di tepi jalan mencoba dan mencoba membuat mobilnya menyala. Cassandra sudah menghubungi bengkel langganan keluarganya tapi ia kesulitan dan kemudian ponselnya lowbat dan mati, ia bingung harus minta tolong pada siapa tanpa ponsel, dan sangat riskan jika dirinya meminta bantuan pengguna jalan karena bisa saja ada orang jahat yang memanfaatkan apa yang ia alami.
Cassandra berpikir akan meninggalkan saja mobilnya dan naik taksi, atau mungkin mencari tempat ramai untuk menunggu taksi karena tempat mobilnya mogok sedikit sepi walau masih banyak mobil melintas.
Cassandra kemudian turun dari mobilnya dan menguncinya lalu berjalan di trotoar, baru beberapa langkah sebuah mobil berhenti tak jauh darinya. Cassandra menghentikan langkahnya, ia mewaspadai jika itu adalah orang yang berniat jahat kepadanya.
Pintu jok penumpang depan terbuka, juga pintu penumpang belakang dan keluar dua orang yang Cassandra kenal, jantung Cassandra mulai berulah melihat Kavindra dan pak Agung. Melintas kembali kejadian di hotel Melbourne saat ia dan Kavindra.
"Stop it Case," batin Cassandra geram, kenapa malah mengingat hal itu disaat seperti ini.
"Mobil kamu kenapa?" tanya Kavindra.
"Pak Kavindra? pak Agung?"
"Mbak Cassandra kenapa?"
"Mobil saya mogok," jawab Cassandra menjawab pertanyaan Kavindra dan pak Agung sekaligus.
"Kenapa tidak menghubungi bengkel?" tanya Kavindra lagi.
"Masalahnya ponsel saya mati, jadi tidak bisa menghubungi bengkel langganan keluarga saya."
"Baiklah biar aku antar pulang, aku akan telepon bengkel langgananku, dan mobil kamu akan diantar ke kantor besok," ucap Kavindra.
"Tapi pak..."
"Ayo aku antar pulang."
"Hah...!! tidak perlu pak, saya naik taksi saja," tolak Cassandra, ia tidak mau bosnya itu tahu dimana ia tinggal, bisa jadi ia Kavindra akan mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya.
"Jangan menolak mbak Cassandra, ini sudah malam dan disini semakin sepi, takutnya ada orang jahat yang mengganggu mbak Cassandra," ucap pak Agung kemudian.
Cassandra menghela nafas, ia bingung tapi tak pelak ia mengikuti langkah pak Agung dan Kavindra yang berjalan menuju mobil Kavindra. Pak Agung duduk di depan bersama sopir sedangkan Cassandra duduk di jok penumpang belakang bersama Kavindra.
Jangan tanya perasaaan Cassandra saat ini, jantungnya berdetak aneh duduk bersebelahan dengan bosnya, ia kikuk, bukan karena jabatan mereka tetapi karena insiden di Melbourne yang mempengaruhi perasaannya saat ini. Padahal Cassandra tahu itu hanya kecelakaan dan ia tak sengaja tapi kenapa ia selalu terbayang bayang kejadian itu.
Mobil kemudian melaju menyusuri jalanan, Cassandra mulai berpikir apakah ia harus memberitahu alamatnya yang sebenarnya atau ia turun di rumah orang yang tidak semewah rumahnya, tapi ia urungkan niatnya itu, bagaimana jika penghuni rumah yang ia pilih ada di rumah pasti ia akan malu ketahuan jika ia turun bukan di rumahnya sendiri.
Cassandra kemudian memutuskan untuk memberitahu alamatnya yang sebenarnya saja, semoga bosnya tidak tahu putri siapa dia sebenarnya.
"Alamat mbak Cassandra dimana?" tanya pak Agung.
"di Pondok Indah pak," jawab Cassandra.
Kavindra yang fokus pada ponselnya tertegun mendengar jawaban Cassandra, dan ia yakin benar jika gadis yang adalah pegawainya itu bukan gadis biasa, bisa jadi ia putri pengusaha besar atau mungkin putri seorang pejabat. Tidak heran jika ia berteman dengan putri CEO Malbourne Grand Textile, tapi satu yang ada dalam pikiran Kavindra, kenapa Cassandra mau bekerja sebagai wakil kepala divisi.
Tidak mungkin jika Cassandra hanya lulusan S1, minimal S2 untuk ukuran penghuni perumahan Pondok Indah. Kavindra masih tenggelam dalam pikirannya dan tidak menyadari jika mobil sudah berhenti, ia melihat mobil berhenti di depan sebuah rumah yang sangat mewah, dengan gaya eropa dan pilar pilar besar yang menopang teras rumah. Dari luar terlihat mobil mobil berjajar dari city car, mobil sport, SUV, mobil Coupe dan mobil counvertible dan Kavindra yakin benar harganya tidak main main.
"Terima kasih atas tumpangannya pak Kavindra, pak Agung," ucap Cassandra kemudian turun dari mobil dan berjalan masuk menuju gerbang tinggi rumahnya.
Mobil Kavindra kembali melaju, Kavindra menatap Pak Agung, "Apa pikiranmu sama denganku Gung?" tanya Kavindra.
"Kalau mbak Cassandra bukan gadis biasa?" tanya pak Agung.
"Iya, aku rasa dia putri pejabat atau pengusaha besar, tapi kenapa dia malah mau menjadi staf di perusahaan kita?" tanya Kavindra bingung.
"mungkin mbka Cassandra tipe putri pengusaha yang ingin berusaha dari bawah pak," ucap pak Agung.
"Apa masih ada gadis seperti itu? bukannya lebih baik meneruskan usaha keluarga atau entahlah mungkin mendirikan usaha sendiri."
"Kita tidak tahu alasan mbak Cassandra pak, tapi sepertinya dia gadis yang baik."
"Memang... dia sangat baik," gumam Kavindra.
"Kenapa pak? bapak bilang apa?"
"Tidak... tidak apa apa."
Lynagabrielangga.