Part 23

1218 Kata
Kavindra fokus pada laptop juga berkas di hadapannya, beberapa hari ini ia mencoba fokus dalam pekerjaan agar tidak memikirkan kejadian bersama Cassandra beberapa hari yang lalu, ia yakin waktu akan membuat ia melupakan semuanya juga melupakan Cassadra. Kavindra tak ingin tenggelam dalam rasa cinta pada Cassandra, ia yakin itu hanya rasa suka sesaat dan akan hilang dengan berjalannya waktu. Tidak mungkin ia tiba tiba jatuh cinta pada gadis belia seperti Cassandra, walau ia tahu proses ia menyukai Cassandra cukup panjang tapi Kavindra menganggap semuanya harus diakhiri sampai disini, tidak akan ada percintaan dirinya dengan Cassandra. Kavindra berpikir ia harus fokus pada pekerjaannya juga pada Ana, itu saja tujuan hidupnya. Perselingkuhan Reina membuatnya berpikir seribu kali untuk mencari pengganti Reina atau bahkan untuk jatuh cinta lagi, ia tak ingin kembali mengalami rasa sakit hati seperti saat Reina selingkuh dan berakhir dengan perceraian. Setelah makan siang pun Kavindra memfokuskan diri kembali dengan pekerjaan, pak Agung heran dengan sikap Kavindra. Walau pak Agung tahu Kavindra memang pria yang berdedikasi dalam pekerjaan biarpun dia seorang owner tapi ia lihat kali ini Kavindra sangat berbeda, seperti ada yang mengganggu pikiran bosnya itu dan Kavindra mengalihkan perhatiannya dengan menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Pak Agung ingin bertanya tapi ia segan, ia tak ingin mencampuri kehidupn Kavindra jika tidak diminta. Pak Agung kemudian juga kembali fokus pada pekerjaannya, sesekali ia melirik pada Kavindra yang tampak gelisah. Bunyi nada dering ponsel Kavindra terdengar menggema di ruangan besar kantor Kavindra, Kavindra segera meraih ponselnya dan melihat layar, nomor rumahnya yang menghubungi dirinya. Kavindra mengernyitkan keningnya, tidak biasanya art rumahnya menghubunginya kalau tidak ada hal urgent apalagi jam kerja seperti ini. "Halo..." "Halo tuan..." "Ada apa bi? ada yang penting?" "ini tuan... non Ana..." "Ana? Ana kenapa? seharusnya Ana masih di sekolah kan?" "Ada mobil sekolah datang mengantarkan non Ana pulang, katanya non Ana pingsan di kelas, pihak sekolah ingin membawa non Ana ke rumah sakit tapi non Ana malah minat diantar pulang tuan." "Astaga Ana, baiklah, aku pulang sekarang." Kavindra mengakhiri sambungan teleponnya, ia menatap Agung. "Gung, tolong bereskan mejaku, aku mau pulang." "Non Ana kenapa bos?" "Dia pingsan di kelas dan tidak mau diantarkan ke rumah sakit dan minta diantar pulang, aku mau lihat keadaannya," ucap Kavindra kemudian berdiri dan bergegas keluar dari ruang kantornya. ~~~ ~~~ Kavindra keluar dari mobilnya dan setengah berlari masuk dalam rumahnya, ia bergegas menaiki tangga menuju kamar Ana dan masuk. Kavindra melihat Ana duduk bersandar di kepala ranjang dengan wajah pucat, membuat Kavindra khawatir. "Ana sayang, kamu kenapa?" Kavindra berjalan mendekati ranjang dan duduk di tepian ranjang. "Ana nggak tahu pa, tiba tiba kepala Ana pusing dan kemudian Ana tidak ingat apa apa lagi." Kavindra mengulurkan tangannya memeriksa dahi Ana, terasa panas. "Kamu demam sayang, baiklah kamu istirahat saja, biar papa minta bibi menyiapkan makan kamu, papa akan memanggil dokter Miko untuk memeriksa kamu. Papa takut ada indikasi lain," ucap Kavindra. Ana hanya mengangguk, Kavindra kemudian berdiri dan mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan menghubungi dokter Miko, dokter pribadi keluarganya. Kavindra meminta dokter Miko segera datang untuk memeriksa Ana, bagi Kavindra Ana adalah segalanya. Kavindra memanggil Art dan memintanya menyiapkan makan untuk Ana, beberapa menit kemudian art masuk dalam kamar Ana membawa nampan berisi makanan kemudian meletakkannya di meja nakas. Kavindra yang sudah selesai menghubungi dokter Miko kembali duduk di tepi ranjang dan mengambil piring berisi nasi, ia menambahkan lauk dan sayur dan mencoba menyuapi putri kesayangannya itu. "Pa... aku bisa makan sendiri, aku bukan anak kecil lagi," protes Ana. Kavindra tersenyum, "bagi papa, kamu tetap putri kecil papa sayang," jawab Kavindra kemudian kembali menyodorkan sendok di depan mulut Ana, kali ini Ana membuka mulutnya dan menerima suapan dari papanya. "Sudah pa, Ana kenyang," ucap Ana saat Kavindra akan menyuapinya lagi. "Tapi ini masih setengah lagi sayang," Ana menggelengkan kepalanya, Kavindra menghela nafas, "Baiklah." "Selamat sore..." Suara seseorang yang datang membuat Kavindra dan Ana menoleh ke arah pintu, dokter Miko berjalan memasuki kamar Ana. "Selamat sore dokter Miko." Dokter Miko kemudian mendekati ranjang dimana Ana berbaring, Kavindra yang kemudian berdiri memberikan space untuk dokter Miko. Dokter Miko mulai memeriksa keadaan Ana, beberapa sat kemudian ia menatap Kavindra. "Ana hanya kelelahan pak Kavindra." "Tidak ada diagnosa lain dokter?" "Tidak ada, saya sudah membawakan vitamin untuk diminum Ana, masa masa remaja seperti Ana memang sedang banyak aktivitas apalagi sebentar lagi akan kelas tiga dan menghadapi ujian nasional juga memasuki jenjang perguruan tinggi, pasti ada tekanan tersendiri." Kavindra mengangguk mengerti, ia kemudian mengantarkan dokter Miko Keluar. Sepuluh menit kemudian Kavindra masuk dalam kamar Ana dan membantunya minum vitamin yang diberikan oleh dokter Miko. "Kamu istirahat ya sayang, papa mau ganti pakaian dulu," ucap Kavindra. "Papa juga istirahat, papa pasti juga lelah seharian bekerja." Kavindra tersenyum, "Iya sayang," Kavindra kemudian membantu Ana bebaring dan mencium kening putri tunggalnya itu dan keluar dari kamar Ana, ia berjalan menuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Ana. Kavindra masuk dalam kamarnya dan melepas jas yang ia pakai dan meletakkan di keranjang cucian kotor, Kavindra masuk dalam kamar mandi untuk mandi dan menyegarkan badannya. guyuran air membuat tubuhnya merasakan sensasi menyejukkan, ia memejamkan matanya menikmati sejuknya air yang membasahi rambut dan badannya tapi ia segera membuka matanya. Bayangan sosok yang ingin ia lupakan berkelebat dengan senyumannya. "Cassandra??" gumamnya. Kavindra tak percaya, kenapa wajah gadis itu berkelebat kembali di pelupuk matanya tanpa bisa ia cegah. Kavindra mengakhiri acara mandinya, dan keluar dari kamar mandi dengan memakai boxer dan shirtless. Kavindra mengacak rambut basahnya, kenapa masih saja terbayang wajah Cassandra padahal ia susah payah ingin melupakan gadis itu. Kavindra segera berpakaian casual, celana pendek dan T shirt. Ia kemudian keluar dari kamarnya dan masuk dalam kamar Ana, putrinya itu sudah terlelap. Kavindra kemudian keluar dari kamar Ana dan turun menuju ruang makan, makan malam sudah tersedia di meja makan, kali ini ia makan sendirian karena Ana sedang sakit, biasanya ia akan makan bersama Ana sambil bicara. Bicara tentang apa saja, tentang Ana, sekolahnya, teman temannya. Itu adalah kebiasaan Kavindra sejak perceraian dengan Reina, harus bisa me time dengan putrinya itu agar Ana tidak merasa kehilangan kasih sayang. Setelah makan malamnya selesai, ia kembali naik ke kamarnya, Kavindra duduk di sofa set kamarnya dan membuka laptopnya. Ada beberapa email dari pak Agung tentang berkas berkas penting yang harus ia baca dan periksa, tak menunggu lama Kavindra sudah tenggelam dalam pekerjaan hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 dinihari. Untungnya Kavindra sudah menyelesaikan pekerjaannya, ia segera mematikan laptopnya dan beranjak dari sofa menuju ranjang. Tapi sayup sayup ia mendengar suara suara, seperti suara Ana. Kavindra kemudian bergegas keluar dari kamar dan menuju kamar Ana, ia khawatir terjadi sesuatu pada Ana. Kavindra melihat Ana tidur dengan gelisah dan sepertinya ia mengigau, Kavindra berjalan mendekati Ana dan duduk di tepian ranjang. Keringat membasahi kening dan pelipis Ana, Kavindra mengambil tissue di meja nakas dan menghapus keringat Ana. "Kak Cassie..." Kavindra tertegun mendengar igauan Ana, Kavindra kemudian menatap Ana dan memperjelas pendengarannya. "Kak Cassie... " Yang didengar Kavindra tidak salah, Ana mengigau nama Cassandra, tapi ia bingung kenapa Ana malah mengigau nama Cassandra bukan orang lain, mungkin Ana rindu sosol mama tapi kenapa malah mengigau nama Cassie. Kavindra menatap wajah sendu Ana, pasti Ana sangat menyayangi Cassandra hingga mengigau nama gadis itu, tapi hal itu justru membuat hati Kavindra tak karuan. Baru tadi wajah Cassandra berkelebat di pelupuk matanya dan kini Ana mengigau nama Cassandra. Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN