Masih dengan hati berbunga-bunga di tengah kebahagiaan yang membuncah, Lintang meletakan buket mawarnya di nakas tepat bersebelahan dengan beker. Ia menatapnya dengan senyum yang sepertinya tidak akan pernah meninggalkan kehidupan apalagi wajahnya. Suasana masih ia biarkan temaram dan hanya mengandalkan sorot cahaya dari jendela depan balkon yang gorden tebalnya telah ia buka, setelah beberapa saat lalu Sultan memintanya. Setelah sampai membanting tubuhnya ke tengah-tengah tempat tidur, Lintang juga sengaja melepas balon di tangan kirinya hingga balon tali berbentuk hati dan berwarna keemasan yang jumlahnya ada sembilan belas itu melesat ke langit-langit kamar tepat di atas tempat tidur. “Aku enggak pernah berpikir, bahkan sekadar membayangkan, aku akan sebahagia ini. Aku pikir, hidupku