10. Sampai Jumpa Al, Phil

1400 Kata
Aku merenung sepanjang perjalanan kembali dari rumah George, mendadak teringat masa SMA ku yang kelam. Bastian kembali menoleh ke belakang dan menanyakan hal yang sama seperti yang sudah ditanyakannya berulang kali sejak mulai menjemputku. “Kau yakin untuk melakukannya Red? Kau tahu Boss menyuruhku untuk membawamu pulang.” “Shhh..diam! Berapa kali harus ku ulang perintahku.” Bentakku kesal. Pria itu membalikkan badan kekarnya kembali ke jalan. Tapi bisa kulihat wajahnya yang khawatir. Entah ketakutan apa yang mengalir di benak pria itu sekarang. Takut akan dirinya terluka bila hal tidak berjalan mulus? Takut akan keselamatanku? Ataukah ketakutan akan amarah Bossnya mengetahui kami sudah menentang perintahnya untuk tidak ikut di pertemuan dengan Vito bersaudara? Dari Potter, dengan sedikit rayuan, aku mendapatkan alamat dan waktu pertemuan Tomas dan Vito Bersaudara, Al dan Phil.  Al dan Phill Vito adalah dua kakak beradik yang berada di belakang organisasi Vito. Terkenal dengan kekejaman cara penyiksaannya yang mereka lakukan, kedua kakak beradik ini ditakuti bahkan oleh anggota mereka sendiri. Tidak ada yang berani menentang mereka di selatan. Sudah beberapa kali beradu dengan Salazar, untungnya mereka masih berpikir dua kali untuk berani melawan Tomas dan Kaptennya yang lebih berpengalaman dalam perkelahian daripada orang orangnya. Mobil yang kunaiki melambat dan berhenti di dapan sebuah gedung bekas pabrik batu bata yang kini sudah terbengkalai. Berada di perbatasan Utara dan Selatan Gremlin, tempat ini strategis dan dianggap sebagai tempat netral oleh kedua belah pihak. Beberapa mobil sudah terparkir di sekitaran nya. Kukenali salah satunya sebagai mobil milik adikku dan Potter. “Bastian, tunggulah di sini,” perintahku. “Red—“ Kuabaikan protesnya dengan berjalan keluar dari mobilku. Jantungku berdebar keras seolah hendak mendahuluiku untuk tiba ke dalam gedung. Suara langkah kakiku yang menggema di dalam pabrik yang kosong membuat semua orang menoleh. Sekilas kulihat Tomas dan Ricky saling bertukar pandang kebingungan melihat kedatanganku. “Maaf boys, aku agak terlambat. Kuharap kalian tidak mulai tanpa diriku,” seruku. Al, Phill dan dua orang bawahan mereka berdiri berdampingan. Sementara Tomas, Ice, Potter, dan seorang prajurit kami berjajar di hadapan mereka. Masih tampak kaku dan tegang, berdiri saling berhadapan, sepertinya pertemuan belum dimulai. Seorang anak buah Vito bersaudara menghampiriku dan dengan seksama memeriksa seluruh tubuhku dari senjata. Sudah menjadi sebuah aturan bahwa pertemuan di daerah netral haruslah dilakukan tanpa membawa senjata. Tomas nampak mengatupkan rahang nya rapat entah karena emosi atas kehadiranku atau karena tangan anak buah Vito yang sepertinya membutuhkan waktu lebih lama meraba-raba tubuhku. “Hm..Apakah kau dan aku perlu ke kamar mandi dulu?” tanyaku ke arah pemuda yang kini sedang meraba-raba pinggangku. Wajah pemuda itu tampak memerah mendengar pertanyaan ku sebelum akhirnya mengakhiri pencariannya dan menggeleng ke arah kedua bossnya sebagai isyarat bahwa aku tidak bersenjata. “Akhirnya.. Aku sudah hampir takut si cantik Lucia Salazar tidak ikut datang menghadiri pertemuan kami. Baru saja, adikmu mengatakan bahwa kau tidak enak badan,” ucap Al Vito si kakak sambil menarik lepas topi cowboy yang di kenakannya. Setangkai tusuk gigi terselip di bibirnya. Tidak salah mengingat julukannya “Toothpick” yang artinya tusuk gigi. Konon, katanya dia pernah membunuh seseorang hanya menggunakan sebatang tusuk gigi. Yang menurutku lebih terdengar sebagai mitos daripada fakta. Kulirik sekilas ke adikku yang masih memelototiku geram sebelum menjawab Al. “Memang aku agak tidak enak badan. Bisa kau lihat sendiri wajahku yang memar. Tapi tentu saja aku tidak akan menghilangkan kesempatanku untuk bertemu kedua Vito bersaudara yang terkenal di Gremlin.” Al tersenyum mendengar pujianku sementara Phil, si adik hanya diam saja. Mungkin sadar bahwa ucapanku hanyalah sebuah basa basi untuk mengelus ego para lelaki seperti kakaknya. Membuatku menarik kesimpulan bahwa Phil Vito jauh lebih pandai dari kakak nya. Dan karenanya, jauh lebih berbahaya. “Baiklah kini semua sudah disini. Bagaimana kita akan menyelesaikan perkara ini?” tanya Phil. Tangannya melambai ke arah pojok ruangan memanggil seorang pria gemuk untuk berjalan mendekat. Tubuhnya babak belur dan langkahnya setengah diseret. Walaupun penuh dengan lebam, segera kukenali pria itu sebagai suami Maria. “Kalian bisa lihat separah apa luka yang diderita anak buah ku. Sekarang bagaimana dia bisa melakukan tugasnya dalam kondisi begitu? Aku menjanjikan perlindungan kepada semua orang yang bekerja padaku dan berada di daerahku. Sebelum semuanya menjadi terlalu rumit, bagaimana kalau kalian menyerahkan pelaku yang melakukan kekejaman ini kepada kami dan kita anggap masalah kita selesai?” ancam Phil. Aku menahan nafas mendengar ucapan Phil yang  tentu saja sesuai dengan prediksi Tomas kemarin. “Dan siapa yang kau maksud melakukan hal ini?” tanya Ice. Phil dan Al saling berpandangan sambil tersenyum, “Kita semua tahu Nona Salazar yang melakukannya. Ada banyak saksi mata termasuk dua orang gadis kecil anak mereka.” Tomas memandang kearah suami Maria mengamati wajahnya yang hancur terkena hantaman pipa besi yang kulayangkan kemarin. “Apakah kau yakin kakak ku yang melakukannya?” tanyanya pelan. Suami maria mengangguk sambil menunjuk ke arahku, “Be..betul.. Dia pelakunya. Aku ingat dengan jelas wajah wanita itu.” Aku menelan ludahku mendengar tuduhan pria itu. Mulai berpikir apakah kedatanganku kemari sebuah kesalahan. Seperti yang di ketahui semua orang. Memang kadang aku agak bertindak tanpa berpikir panjang, sangat bertolak belakang dengan adikku. “Hmm..Mungkin kau kaget atau lupa, wajar terjadi dalam pengeroyokan,” pancing Tomas. “Ti..tidak mungkin. Hanya ada wanita itu di kamarku. Aku sedang asik-asiknya tidur, dan wanita ini tiba tiba datang menerjang, dan memukuliku dengan sebatang pipa.” Tomas menggelengkan kepalanya, “Jikapun benar kakak ku ada di sana, mungkin body guardnya yang memukulimu. Pria itu selalu ada di dekatnya.” Aku menoleh ke arah Tomas, kebingungan dengan pertanyaan-pertanyaannya. Apakah dia berniat menumbalkan Bastian? pikirku. Tomas hanya melirikku sekilas sebelum berjalan mendekati suami Maria. Sebelah tangannya masuk ke dalam saku celananya sementara sebelahnya lagi menepuk pundak pria dengan wajah babak belur itu. "Coba ingat-ingat lagi dengan pasti," lanjutnya. “Ya.. aku ingat ada pria itu, tapi bukan dia pelakunya.” Suami Maria kemudian berpaling pada Al dan Phil sebelum menuding kan jarinya ke arahku. “Wanita ini lah yang harus merasakan pembalasan atas apa yang di lakukannya padaku.” “Nah kau sudah dengar penjelasan anak buahku bukan?” ucap Al penuh nada kemenangan. “Bagaimana kalau kau serahkan Nona Salazar pada kami, dan akan kami pikirkan hukuman apa yang layak untuk di jatuhkan padanya.” Al memandangiku sambil tersenyum menjijikkan. Mulutnya bergerak mengunyah tusuk gigi yang dari tadi di kulumnya. Sesaat tidak ada yang berani bernafas di dalam gudang itu, termasuk aku yang sudah bersiap hendak meraih pisau lipat yang tersembunyi di bawah kakiku jika salah satu dari orang Vito berani mendekat, tepat ketika Tomas berdecak. Membuat semua orang kembali menoleh padanya. “Ck…Al..Phil..Tidak dipungkiri bahwa kalian adalah organisasi yang besar dan kuat,” ucapnya sambil melepaskan pegangannya pada pundak suami Maria dan berjalan mendekatiku sebelum kemudian berhenti di depan tubuhku. Menghalangi ku dari pandangan Al dan Phil. “Tapi cobalah berpikir. Apa kata orang bila kau mengakui bahwa salah satu prajuritmu, seorang pria dewasa, dengan tubuh sebesar ini. Babak belur dihajar oleh kakak ku yang menurut nya seorang diri? Seorang Salazar memang, tapi tetaplah seorang wanita. Aku yakin, berita semacam itu akan berdampak buruk untuk harga diri organisasi kalian bukan?” Semua orang terperanjat mendengar perkataan Tomas, termasuk diriku. Kuakui ketajaman otak dan ketenangannya dalam menghadapi masalah membuatnya memiliki kombinasi mematikan bagi seorang gangster. Al memandangi Phil sejenak dengan gusar seakan anjing yang sudah dilatihnya untuk mengigit mangsa, kini berbalik dan menyerang tuannya sendiri. Pria itu kemudian melangkah menghampiri suami Maria yang hanya berdiri gemetaran, dan melayangkan tamparan keras di wajahnya. Dia kemudian mengisyaratkan salah satu anak buahnya untuk menyeret pria itu keluar. “Apa yang akan kau lakukan padanya?” tanyaku dari balik punggung Tomas. Pria itu tetaplah seorang suami dan seorang ayah. Apa yang akan Maria dan anaknya lakukan tanpa adanya pria itu? “Hm..Jangan khawatir Nona Salazar. Kami hanya akan mengobati luka lukanya . Sepertinya dia membenturkan kepalanya terlalu keras, karena nya memorinya akan kejadian kemarin pagi agak terganggu,” jawab Al tersenyum. Nada suaranya meyakinkanku bahwa tak lama lagi Maria akan menyandang status seorang janda dan anak anaknya, yatim. “Sekarang, bagaimana cara kami meminta maaf pada kalian yang sudah repot-repot untuk menemui kami di hari minggu yang cerah ini?” tanya Al. Tomas tersenyum sambil merangkulkan tangannya ke pundak ku, “Jangan khawatirkan masalah itu. Hari ini belum berakhir, bagaimana kalau kubawa kakak ku yang masih lemas ini pulang lagi? Aku tidak ingin dirinya jatuh pingsan di sini. Sampai jumpa lagi Al..Phil.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN