“Bagaimana kau bisa menemukanku?” tanyaku ketika kami sudah berada di kamar hotel. “Ian menelponku. Marah dan cemas melihat kondisimu,” jawab Tomas sambil duduk diatas ranjang, punggungnya bersandar pada kepala tempat tidur. Aku membaringkan kepalaku di pangkuannya meringkuk berusaha mengabaikan rasa pening di kepalaku yang terus datang susul menyusul. Tanganku meremas ujung selimut sementara Tomas mengelus pahaku yang tertekuk ke perut. “Tarik nafas Red. Kau akan bisa melalui nya,”bisiknya di sela-sela denyutan kepalaku. Aku mengikuti sarannya. Berusaha menarik nafasku yang terasa panas ke dalam paru-paruku yang terasa pedih.Memejamkan mata hingga rasa sakitnya mereda. “Uhm… aku harus meminta maaf padanya. Sepertinya aku menodongkan pistol ke arahnya tanpa kusadari.” “Jangan khawati