“Capek ya?” tanya Erwan sambil melajukan mobilnya meninggalkan restoran tempat mereka mengadakan meeting bersama calon rekanan baru. “Iya, Mas,” jawab Tita lirih. Mendengar suara Tita yang lesu, Erwan heran. Ia menoleh ke samping dan melihat kepala gadis itu terkulai di sandaran kursi. “Ngantuk?” “Lumayan.” “Tidur dulu, Ta. Nanti saya bangunin,” ujar Erwan dengan rasa bersalah. “Enggaklah, Mas,” tolak Tita. “Kamu takut saya aneh-aneh?” “Bukan.” Tita menggeleng kecil. “Mas kan tau sendiri saya kalau tidur itu susah bangunnya.” “Sorry ya, saya enggak tahu akan selama ini obrolan dengan mereka. Tadinya saya pikir semua sudah clear sesuai draft proposal yang kita buat, ternyata masih banyak penyesuaian yang mereka minta.” Erwan mengucapkan permintaan maafnya dengan tulus. Ia memang m