Farel menunduk untuk mengambil pulpen yang menggelinding tepat dibawah kakinya. Jantung Lina dan Kim oppa berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, keringat dingin membasahi pelipis mereka. Farel memberikan pulpen itu kepada Lina. " Ini pulpenmu nona. " Lina mengambil pulpen itu dan berkata dengan suara agak berat. "Ah, terima kasih tuan. " Farel hanya tersenyum tipis. " Sama-sama. " Setelah mengatakan itu, Farel berlalu pergi meninggalkan klinik kecantikan. Lina dan Kim oppa menghela nafas lega seraya mengelus d**a. Kim oppa kini melotot ke arah Lina, gara-gara wanita itu mereka hampir saja ketahuan. "Kamu sih! untung saja tuan Farel tidak mengenal kita berdua! udah buruan isi formulirnya. Jangan sampai lu operasi seluruh muka dan badan lu. Ingat ya, kita ini sedang menjalankan