Bab 39

1032 Kata

Bima Darmawan melangkah masuk dengan wibawa yang seolah memenuhi setiap sudut ruangan. Pintu tertutup perlahan di belakangnya, suara klik kecil itu bergema bagai tanda bahwa percakapan di dalam ruangan akan bersifat penting dan tertutup. Dengan langkah mantap, pria paruh baya itu menuju area sofa kulit hitam di sisi ruangan. Ia duduk dengan punggung tegak, bahunya tak sedikitpun merosot, dan kedua tangannya bertumpu pada lutut. Tatapan matanya tajam, bukan tatapan marah, tapi tatapan yang sudah terbiasa menilai orang lain dalam satu kali pandang—tatapan seorang pemimpin besar. “Roby,” ucapnya pelan namun penuh tekanan. “Ada yang harus Papa bicarakan dengan kamu.” Roby, yang masih duduk di balik meja kerjanya, menghentikan ketikan jarinya. Ia mendongak, sorot matanya langsung tertuju pad

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN