Anjani sudah hampir menangis mendapati Arjuna yang tak merespons apapun atas pertanyaannya. Gadis itu merasa sangat amat terhina. Ia sudah rela menjatuhkan harga dirinya, demi sebuah pengakuan cinta dari seorang pria yang rupanya tak pernah menghargai perasaan cintanya. Salahnya. Semua salahnya. Ia yang telah menjadi bodoh dan naif. Ia yang bodoh karena masih mencintai sosok pria yang kini hanya terpaku di ujung tempat tidur, padahal ada pria lain yang telah siap memberikan cinta yang tak bisa Arjuna berikan. Anjani beringsut pelan, terbangun dari posisi berbaringnya. Ia membetulkan posisi bra yang sempat tersingkap karena ulang Arjuna. Lantas tubuhnya yang seolah mati rasa, ia paksa bangun demi meraih daster tipis yang teronggok mengenaskan di lantai kamar. Dengan tangan bergetar, Anjan