Anjani meletakkan nampan berisi minuman pada meja ruang tamu dengan sedikit gugup. Seharusnya ia memang biasa saja, meski ada sosok Arjuna di sana yang duduk berdampingan dengan sang papa. Tapi entah mengapa tubuhnya justru bereaksi lain. Ia gugup hanya dengan berhadapan dengan sang paman. “Yang sedang dipingit nggak boleh ketemu calon suami, jangan cemberut dong.” Celetukkan dari sepupu jauh Anjani sedikit mencairkan suasana. Anjani akhirnya menampilkan senyum simpulnya pada seluruh orang di sana. Tak terkecuali pada Arjuna. Dan ketika tatapan mereka bertemu, Anjani masih dapat merasakan debaran yang sempat ia kira sudah benar-benar sirna. Perasaan sialan! “Apa kabar, Anjani?” Arjuna bertanya kemudian. Sudah terlalu lama ia tidak menatap wajah gadis itu secara langsung. Tidak banyak ya