Azkia meletakkan koper kecil miliknya di sudut kamar apartemennya, ia kemudian berjalan menuju ranjangnya yang empuk dan segera membaringkan diri. Ia lelah setelah perjalanan dari Yogyakarta ke Jakarta menggunakan kereta api, tak menunggu lama, Azkia kemudian terlelap.
Azkia menggeliat dan membuka matanya, alarm ponselnya berbunyi itu berarti sudah jam 5 pagi dan ia harus bangun. Ia segera bangkit dari ranjang menuju kamar mandi, mandi untuk menyegarkan badannya yang lelah, ia berendam di bathtub memanjakan diri dengan aroma terapi. Lima belas menit kemudian ia keluar dari kamar mandi, tubuhnya sudah terasa segar.
Azkia membuka lemari pakaiannya dan memilih pakaian untuk bekerja, beberapa hari saja dirinya di Yogyakarta dan klien hanya mau meeting dengannya dan Adinda saja sehingga minggu ini jadwal meeting full. Hari ini saja ia harus meeting dengan dua klien, ia menoleh saat nada dering ponselnya terdengar nyaring.
Azkia segera berjalan menuju meja nakas dimana ponselnya ia letakkan, ia yakin itu dari Adinda dan tebakannya benar.
"Halo..."
"Halo Kia, kamu sudah pulang dari Yogya? kamu tidak lupa kan kalau kita ada meeting hari ini, juga full minggu ini seperti jadwal yang aku kirimkan ke email kamu."
"Iya, aku ingat, tenang saja, ini aku sudah siap Din."
"Syukurlah kalau begitu, bagaimana acara perjodohannya?"
"Perjodohan apa? perkenalan."
"Iya perkenalan, tidak usah sewot kali."
"Nanti aku ceritakan sama kamu."
"Okay, see you in office."
"Okay, see you."
Azkia menutup sambungan teleponnya dan meletakkannya di atas ranjang, ia menuju meja rias dan duduk disana. Ia kemudian mengaplikasikan make up di wajahnya, hanya bedak tabur, mempertegas alis mata juga mengaplikasikan eyeliner dan memakai maskara untuk melentikkan bulu mata dan terakhir ia memakai lip cream warna nude di bibir mungilnya.
Azkia kemudian menyisir rambutnya dan mengikatnya kuncir kuda, praktis dari pada harus di gerai dan memberikan Curly diujung rambutnya yang membutuhkan banyak waktu. Kalau akan menghadiri pesta tapi saat bekerja ia ingin yang praktis.
Setelah ia rasa pas, ia berdiri dan mengambil tas tangannya dan memasukkan ponsel dalam tas tangannya dan keluar kamar. Azkia keluar dari unit apartemennya dan menyusuri lorong menuju lift dan turun ke lobby, ia keluar lobby dan menuju mobilnya yang ia parkir tak jauh dari lobby.
Tak menunggu lama ia bergabung dengan hiruk pikuk mobil dan motor di jalanan ibukota, ia kemudikan mobilnya menuju kantor wedding organizer yang ia dirikan bersama Adinda. Satu jam kemudian mobilnya berbelok ke area parkir gedung satu lantai yang digunakan untuk kantor wedding organizer itu, Azkia keluar dari mobilnya dan hanya berdiri di samping mobilnya. Ia menatap gedung dengan board name tulisan Azkia and Adinda wedding organizer, sepertinya ia tidak bisa hanya menyewa saja gedung itu ia dan Adinda harus bicara untuk membeli gedung itu agar menjadi milik wedding organizer mereka.
Mereka harus memiliki gedung itu karena alamat WO mereka sudah dikenal, ia akan bicara nanti dengan Adinda setelah meeting dengan dua klien.
Azkia kemudian masuk dalam gedung itu, di front office, resepsionis menyapa dirinya.
"Selamat pagi bu Kia."
"Pagi Na." Azkia melanjutkan langkahnya menuju ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan adinda. ia kemudian duduk dan mulai menyalakan laptopnya, ia sudah membuat beberapa konsep baru untuk wedding klien. Ia tak ingin konsep konsep yang ia buat tidak berkembang sehingga ia selalu mencari ide baru konsep konsep pernikahan, dan ia sudah membuat 2 konsep baru dan akan ia tambah lagi nanti.
Di laptopnya juga terdapat konsep konsep lama yang sudah ia dan Adinda buat, sudah puluhan konsep yang sudah diaplikasikan dalam bentuk album hingga klien mudah untuk melihat dan mempelajarinya.
Saat ia fokus pada layar laptopnya, Adinda berjalan masuk dalam ruangannya membawa beberapa album yang mungkin akan disukai oleh klien.
"Udah siap Kia?"
"Iya sebentar lagi, aku ada dua konsep baru."
"Kamu memang amazing, selalu ada konsep baru, pantas saja WO kita selalu jadi tujuan klien karena konsep selalu ada yang baru."
"Kita harus selalu berinovasi Din, agar WO kita tetap eksis."
"Kamu benar Kia, yuk kita berangkat, satu jam lagi meeting kita dengan klien."
"Okay," Azkia mematikan laptopnya dan memasukkannya dalam tas laptop, ia akan membawa laptop itu karena desain baru ada di laptopnya, sedangkan Adinda membawa beberapa album konsep pernikahan untuk dibawa menemui klien. Azkia sepakat mengendarai mobil Adinda saja agar praktis dan tidak sendiri sendiri, Adinda mengemudikan mobilnya menuju sebuah resto dimana mereka akan meeting bersama klien, klien mereka adalah putra dan putri pengusaha ternama dan ingin ditangani dengan sempurna.
Mobil Adinda masuk dalam area parkir resto, Adinda dan Azkia kemudian masuk dalam resto dan mencari klien mereka.
"Kamu tahu wajah mereka Din?"
"Iya, aku pernah video call dengan calon mempelai wanita, namanya Renata."
"Okey, kamu yang tahu orangnya," ucap Azkia.
"Itu mereka," tunjuk Adinda pada sepasang pria dan wanita yang duduk di meja tak jauh dari tempat mereka berdiri. Adinda mengajak Azkia menuju pasangan yang adalah klien mereka.
"Selamat siang mbak Renata, mas Andra," sapa Adinda.
"Akhirnya datang juga mbak Adinda, ini pasti mbak Azkia ya?"
"Iya mbak Renata," jawab azkia tersenyum.
"Renata Saja, tidak usah embel embel mbak."
"Baiklah kalau begitu panggil Kia saja."
"Aku juga Adinda saja."
"Baiklah, oh ini Andra, tunangan aku," Renata memperkenalkan Andra pada Adinda dan Azkia.
"Azkia."
"Andra."
"Adinda."
Andra."
mereka saling berjabat tangan kemudian duduk berhadapan. Azkia mengeluarkan laptopnya sedang Adinda meletakkan album di depan Renata dan Andra.
"Silahkan dilihat dulu konsepnya Ren," ucap Adinda.
"Aku dengar WO kalian selalu memiliki inovasi dan konsep konsep baru, aku yakin di album ini udah beberapa kali konsepnya dipakai kan sama klien, aku mau konsep baru dong, biar tidak ada yang menyamai atau paling tidak I'm the first," ucap Renata.
Azakia tersenyum, "Kebetulan sekali, aku baru menyelesaikan dua konsep baru, very new, sebentar," Azkia menyalakan laptopnya dan membuka folder dimana ia menyimpan konsep wedding, dua konsep baru, yang pertama adalah konsep gurun pasir jadi pernikahan yang memakai pakaian timur tengah juga dengan tari tarian ala timur tengah, yang kedua konsep internasional dengan pakaian yang bergantian dari beberapa negara Eropa seperti, Perancis, Jerman, Inggris dan lainnya,
"Konsep timur tengah sepertinya seru Kia," ucap Renata yang diangguki oleh Andra.
"Kalian sukanya konsep yang nyentrik ya?" kelakar Azkia.
"Ya begitulah," jawab Andra tersenyum.
"Jadi konsep timur tengah yang dipakai?" tanya Adinda.
"Yes, kami pakai itu."
"Oke akan aku catat di note aku ya, jadi konsepnya timur tengah, dilaksanakan tanggal 12 dua bulan dari sekarang. nanti setelah kita perlu berhubungan saata harus tes makanan juga fitting pakaian ya Ren," ucap Adinda.
"Perfect," Jawab Renata.
"Semoga kalian puas ya nanti," ucap Azkia.
"Aku yakin pasti kami puas, reputasi WO kalian sudah tidak di ragukan lag," jawab Andra.
"Oke, kalau begitu, kita makan siang dulu?" tawar Renata.
"Sepertinya tidak bisa, kami sudah ada janji dengan klien kedua kami," ucap Azkia yang diangguki oleh Adinda.
"ya sayang sekali."
"Aku akan segera menghubungi kalian jika konsep sudah matang," ucap Adinda lagi.
"Oke, aku tunggu."
Adinda dan Azkia kemudian berdiri dan pamit pergi pada Renata dan Andra, mereka akan menemui klien kedua tepat di jam makan siang. mereka keluar dari resto dan masuk ke dalam mobil Adinda.
"Klien kedua kita siapa Din?"
"Ini akan memakan waktu Kia," jawab Adinda menyalakan mesin mobil dan melajukannya keluar dari area parkir resto.
"Kenapa begitu?"
"Karena klien kita keduanya pengusaha, pengusaha restoran dan pengusaha pengolahan makanan calon mempelai wanitanya," ucap Adinda.
"Hemm... pasti banyak permintaan ya?" tanya Azkia.
"Yup... pasti jadi kita harus siap mental."
"Okay, aku siap. dimana kita bertemu mereka?"
"Di resto mewah daerah menteng."
"hemm... pasti mereka mau konsep yang amazing nanti."
"Pastinya."
Lynagabrielangga.