Part 4

1318 Kata
Adinda melajukan mobilnya di jalan raya menuju tempat pertemuan dengan klien kedua, dalam waktu satu jam mobil Adinda sudah sampai lokasi dan berbelok ke sebuah restoran mewah, Adinda mencari tempat parkir yang kosong. Azkia dan Adinda turun dari mobil dan berdiri di samping mobil menatap name board resto, Arvin the resto and family gathering. restoran itu terbilang cukup mewah dengan area parkir yang luas, Azkia masih diam menatap name board resto. "Kia... ayo masuk," ajak Adinda kemudian. "Iya," jawab Azkia, Azkia dan Adinda pun kemudian berjalan masuk ke dalam resto. "Ini resto klien kita Kia," ucap Adinda sambil berjalan memasuki resto, Adinda tahu karena dialah yang dihubungi oleh calon mempelai wanita. "Milik calon mempelai wanita?" tanya Azkia. "Bukan, ini milik calon suaminya, kalau calon mempelai wanita memiliki perusahaan pengolahan makanan. sama sama pengusaha sukses, patutlah jika berjodoh." pelayan membukakan pintu untuk Azkia dan Adinda, keduanya masuk dan terlihat takjub melihat desain interior restoran yang sangat mewah tapi homy. baru masuk saja Azkia sudah merasa sangat nyaman dan mungkin akan senang berlama lama di restoran ini, Azkia melihat banyak pengunjung restoran walau jam makan siang sudah lewat, ini membuktikan bahwa restoran sudah memiliki konsumen setia. "Selamat siang, silahkan," sapa pelayan yang membukakan pintu untuk Azkaia dan Adinda. "Selamat siang, kami dari wedding organizer dan ada janji dengan klien kami pak Arvin dan bu Elisa, apakah mereka sudah memesan meja?" tanya Adinda basa basi walau ia tahu Arvin adalah pemilik restoran itu.  "Oh... dari wedding organizer, silahkan ikut saya, sudah ditunggu oleh pak Arvin dan calon istrinya," jawab pelayan kemudian berjalan masuk ke dalam restoran lebih dalam diikuti Azkia dan Adinda. Semakin masuk ternyata resto itu semakin luas, dan bahkan ada tempat hiburan keluarga seperti taman bermain sehingga orangtua akan makan dengan nyaman sambil mengawasi anak anak mereka bermain. "pantas saja namanya  Arvin the Resto dan family gathering," batin Azkia. "silahkan," ucap pelayan tersebut dan meninggalkan Azkia dan Adinda di dekat sebuah meja dengan sepasang pria dan wanita yang duduk bersebelahan, dan Azkia tahu mereka berdualah klien dari WO yang ia dan Adinda dirikan. "Selamat siang bu Elisa, pak Arvin," sapa Adinda yang memang sudah pernah bertemu sekali dengan calon mempelai wanita, Elisa. "Selamat siang Adinda, ini pasti Azkia kan, rekan kamu?" tanya Elisa. "Iya bu Elisa," jawab Adinda. "Elisa saja, sepertinya usia kita tidak beda jauh," ucap Elisa. "Baiklah." "Silahkan duduk, Adinda, Azkia., oh ya kenalkan ini calon suami aku, Arvin," ucap Elisa lagi. Adinda dan Azkia menjabat tangan Arvin yang berdiri, Arvin juga menjabat tangan Adinda dan Azkia kemudian duduk berhadapan. "Jadi, Elisa dan pak Arvin mau konsep seperti apa?" tanya Azkia menatap Elisa dan Arvin bergantian. "Konsep yang bagus menurut kalian yang mana?" tanya Elisa. "Kami membawa beberapa konsep yang menurut kami cukup lux dan bagus, tapi jika kamu punya konsep sendiri dan ingin kami aplikasikan, kami siap," jawab Azkia. "Baiklah biar aku dan Arvin lihat dulu konsepnya," ucap Elisa, Adinda menyerahkan album konsep wedding pada Elisa dan Arvin. "Kalian ingin konsep indoor atau outdoor?" tanya Azkia lagi. "Aku sih ingin outdoor, kamu bagaimana sayang?" tanya Elisa pada Arvin. Arvin yang sedang fokus melihat album menoleh pada Elisa yang duduk di sampingnya, " outdoor? kita kan sudah sepakat jika wedding akan dilakukan di salah satu restoran aku El," jawab Arvin. "Tapi akan lebih indah jika dilakukan di alam bebas sayang," ucap Elisa manja dan memeluk lengan calon suaminya. "Terserah kamu saja," jawab Arvin kemudian. Wajah Elisa terlihat senang, sedangkan Azkia dan Adinda saling pandang. "Jadi mau garden party saja?" tanya Azkia lagi. "Iya Azkia, bagusnya dimana ya?" tanya Elisa. "Ya harus hunting tempat dulu El," jawab Azkia. "Begitu ya, boleh sih." "boleh aku tahu kapan acara weddingnya?" "Masih tiga bulan lagi sih, tapi kan harus cari tempat dari sekarang agar tidak keduluan orang lain," jawab Elisa kemudian. "Kamu benar," ucap Adinda, "jadi konsep selanjutnya bagaimana?" tanya Adinda lagi. "Aku serahkan semua konsep pada kamu dan Azkia, aku yakin pada kalian karena, aku sudah melihat hasil hasil kerja kalian di wedding wedding orang orang ternama yang aku kenal dan semuanya amazing." Adinda dan Azkia saling pandang, " tapi nanti kamu juga harus cek dan ricek juga agar sama sama enak," ucap Azkia. "Tentu saja," Arvin meminta pelayan menyiapkan makan siang walau jam sudah menunjukkan pukul dua siang, mereka makan siang dengan diskusi beberapa hal tentang konsep pernikahan dan tak terasa hari sudah beranjak sore. tepat jam lima sore Azkia dan Adinda pamit kembali ke kantor wedding organizer mereka, dan kini mobil Adinda sedang menyusuri jalanan ibukota yang macet. "Cukup banyak permintaan ya si Elisa," tanya Azkia. "Benar, namanya juga pengusaha, selalu detail apalagi dalam pernikahan yang hanya sekali seumur hidup." jawab Adinda. Adinda dan Azkia tidak kembali ke kantor karena jam kerja sudah selesai, Adinda kemudian mengantarkan Azkia pulang ke apartemen. Oooo---oooO Azkia berdiri di depan cermin, ia sudah siap ke kantor dan memakai outfit celana panjang bahan warna krem juga kemeja wanita berwarna baby pink garis putih, hari ini ia dan Adinda berjanji bertemu dengan Elisa dan Arvin di kantor wedding organizer mereka, hari ini mereka akan hunting tempat untuk wedding Elisa dan Arvin. Azkia mengambil tas tangannya dan kemudian keluar dari kamar, apartemen Azkia cukup mewah tapi dengan desain minimalis, ia tak suka desain yang terlalu ramai. apartemen itu ia beli enam bulan lalu dengan tabungannya, ia tak mau kredit apartemen dan memikirkan cicilan bulanan. ia lebih suka beli cash walau ia harus menghemat pengeluarannya tapi ia lega dan puas sudah memeliki apartemen sebegai tempat tinggal. Azkia turun dengan lift dari lantai 25 menuju lobby di lantai dasar, Azkia memarkirkan mobilnya tak jauh dari lobby, ia tidak begitu suka memarkirkan mobilnya di basement apartemen dan lebih suka di depan lobby agar mudah keluar masuk. Azkia menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya di jalanan ibukota menuju gedung dimana wedding organizernya berada, ia sudah membicarakan dengan Adinda untuk membeli gedung itu sebagai milik mereka, agar tidak selalu membayar sewa pertahun, untungnya pemilik gedung mau bernegoisasi untuk pembelian gedung tersebut. Dalam waktu satu jam mobil Azkia sudah memasuki area parkir kedung WO Azkia and Adinda, ia kemudian memarkirkan mobilnya di samping mobil Adinda seperti biasanya, sudah ada satu mobil lain di area parkir itu selain mobilnya dan mobil Adinda juga motor para pegawai WO, Azkia mengira itu adalah mobil klien baru mereka. Azkia kemudian masuk dalam gedung kantornya, petugas front office menyapanya, "selamat pagi bu kia, ibu sudah ditunggu di ruang meeting oleh bu Adinda," ucap petugas front office tersebut. "Di ruang meeting? bukankah hari ini tidak ada meeting?" "Saya tidak tahu, pesan bu Adinda seperti itu." "Baiklah, terima kasih," jawab Azkia, ia kemudian menuju ruang meeting tanpa masuk ke ruangannya terlebih dulu. Ia membuka ruang meeting dan melihat Adinda duduk bersama Elisa dan Arvin. "Selamat pagi semuanya," sapa Azkia. "Pagi," jawab Adinda, Elisa dan Arvin. "Apakah kita ada jadwal meeting hari ini?" tanya Azkia bingung, ia kemudian duduk di samping Adinda dan berhadapan dengan Arvin dan Elisa. "Tidak ada Kia, kita kan mau hunting tempat wedding," jawab Elisa. "Iya kalau itu aku ingat, kita berangkat sekarang?" "Tunggu dulu Kia," sela Elisa. "Ada apa?" "Hari ini aku tidak bisa ikut hunting, karena aku harus memeriksa beberapa divisi pengolahanku, jadi Arvin yang akan hunting tempat bersama kamu Kia, ya kan sayang?" ucap Elisa yang diangguki oleh Arvin walau terlihat jika Arvin tidak menyukai hal itu. "Dengan Adinda juga kan?" tanya Azkia. "Sayang front office baru tadi mendapatkan telepon dan ada klien yang sedang on the way ke WO kita ini, jadi aku harus stand by Kia," jawab Adinda. "apa? jadi hanya aku dan pak Arvin?" tanya Azkia menatap Elisa dan Adinda bergantian. "Iya Kia, Arvin tahu kok apa keinginanku jadi kamu tinggal ajak dia ke beberapa tempat rekomendasi kamu dan ia yang akan memutuskan," jawab Elisa. "Baiklah, kita berangkat sekarang pak Arvin? karena kita akan mendatangi beberapa tempat yang cukup jauh jaraknya." "Tentu, mari," Arvin berdiri begitupun Kia. Elisa dan Adinda juga mereka kemudian berjalan keluar dari ruang meeting. Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN