"Baiklah, kita berangkat sekarang pak Arvin? karena kita akan mendatangi beberapa tempat yang cukup jauh jaraknya."
"Tentu, mari," Arvin berdiri begitupun Kia, Elisa dan Adinda juga mereka kemudian berjalan keluar dari ruang meeting.
Azkia, Elisa dan Arvin keluar dari gedung, Elisa bicara sejenak dengan Arvin dan kemudian berjalan meninggalkan Azkia dan Arvin menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri, sedangkan Azkia dan Arvin masih berdiri di tempat mari.
"Mari nona Azkia," ajak Arvin, Azkia mengangguk dan melangkah mengikuti Arvin menuju mobil Arvin, Azkia sepakat ikut dalam mobil Arvin. Tidak mungkin jika mereka membawa mobil sendiri sendiri, tidak akan efektif.
Mobil Arvin menyusuri jalanan ibukota, "kita kemana sekarang nona Azkia?" tanya Arvin.
"Kia saja pak Arvin," pinta Azkia tidak enak ada sebutan nona di depan namanya.
"Baiklah."
"Kita ke alamat ini," Azkia menyodorkan sebuah daftar alamat dan menunjukkan daftar teratas.
"Oke," jawab Arvin melajukan mobilnya menuju alamat yang dutunjukkan oleh Azkia, dalam waktu satu jam mobil alvin sudah memasuki area parkir sebuah venue outdoor yang biasa dipakai untuk wedding party.
Arvin memarkirkan mobilnya di sudut dan mematikan mesin, Azkia keluar dari mobil begitu juga Arvin. Azkia melangkah memasuki venue dengan Arvin yang berjalan di belakangnya, Azkia menemui seseorang yang ia kenal yaitu salah satu pegawai venue yang biasa ia temui saat akan memakai venue tersebut.
"Pak Arvin tunggu sebentar disini, saya mau menemui manajemen venue," ucap Azkia yang diangguki oleh Arvin, Azkia masuk ke dalam office venue yang terletak di depan dan menemui seseorang.
"Selamat pagi," sapa Azkia pada front office.
"Mbak Azkia? lama tidak datang kesini mbak."
"Iya, bu Nathania ada?"
"Ada bu, langsung masuk ke ruangannya saja."
"Oke, makasih," ucap Azkia dan berjalan menuju ke sebuah ruangan dan mengetuk pintu ruangan tersebut, setelah dipersilahkan masuk oleh suara di dalam ruangan, Azkia pun membuka pintu dan masuk.
"Selamat pagi bu Nathania," sapa Azkia.
"Azkia? ada angin apa ini pemilik WO ternama datang kesini?"
"Bu nathania bisa saja, tentu saja mencari venue untuk wedding. saya membawa klien untuk melihat lihat venue sebelum memutuskan apa yang diinginkannya."
"Tentu Azkia, semoga klien kamu berminat dengan venue disini, apa perlu saya antar?" tanya bu Nathania.
"Kalau bu Nathania sibuk saya akan melihat venue dengan klien saja,"
"Tentu saja Kia, itu akan memperingan pekerjaan aku, terima kasih sebelumnya," ucap bu Nathania.
"Sama sama bu, saya ke venue dulu," pamit Azkia, ia kemudian berjalan keluar dari ruangan bu Nathania dan keluar dari office. Ia melihat Arvin berdiri tak jauh dari pintu office dan sedang menjawab telepon, sembari menunggu Arvin, Azkia kemudian duduk di bangku tunggu.
"Iya honey aku sudah sampai di venue."
"......."
"Of Course, aku tahu apa yang kamu inginkan."
"........"
"Ok, bye."
Arvin menghela nafas, ada yang mengganjal dalam hatinya tapi ia tidak tahu apa itu. Arvin berbalik dan terkejut saat melihat Azkia sudah duduk di bangku yang tadi ia duduki.
"Azkia? kamu sudah lama disini?" tanya Arvin.
"Tidak pak, saya baru saja keluar. kita lihat venuenya sekarang? tanya Azkia.
"Sure."
Azkia kemudian berdiri dan mengajak Arvin berjalan melewati samping office menuju venue, mereka melewati pintu masuk yang terbuat dari ukiran kayu dengan hiasan bunga bunga plastik.
"Ini bunga plastik?" tanya Arvin berhenti di bawah ukiran kayu yang melengkung yang berfungsi sebagai pintu masuk venue yang akan dilalui para tamu undangan.
"Jika tidak ada acara wedding memang memakai bunga plastik tapi saat nanti ada acara wedding disini, akan diganti bunga asli sesuai keinginan klien," jawab Azkia.
Arvin mengangguk mengerti, mereka kemudian melanjutkan masuk dalam venue, venue out door itu dilengkapi dengan meja meja bulat dengan kursi yang mengelilinginya, membuat suasana jadi intimate, di depan ada pelaminan yang walau tidak besar tapi terlihat mewah dengan desain belakang kursi pelaminan yang elegan dengan bunga bunga.
Arvin berjalan mendekati pelaminan itu, ia juga mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru venue, venue dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang rindang, Azkia menjelaskan tentang venue kepada Arvin dan berkeliling hingga ke sudut sudut.
Setelah melihat setiap sudut venue, Azkia mengajak Arvin melihat venue lainnya. sebelum pergi, Azkia pamit pada bu Nathania. Azkia dan Arvin kemudian melanjutkan perjalanan ke venue selanjutnya, kali ini Azkia membawa Arvin ke venue tepi laut dengan pemandangan laut yang luas.
Azkia kemudian menghubungi manajemen venue dan meminta izin melihat venue yang menghadap ke arah laut, dengan dekorasi yang hampri sama dengan venue sebelumnya, bedanya adalah ada pemandangan laut yang luas. Arvin takjub dengan apa yang ia lihat, ia tertarik dengan venue kedua ini karena ia sangat menyukai laut dan pantai.
Arvin berkeliling dan mengagumi venue tersebut an merasa ini tempat yang tepat untuk pesta weddingnya dengan Elisa.
"Saya pilih venue ini," ucap Arvin berbalik dimana Azkia berjalan di belakangnya.
"Pak Arvin yakin? apakah tidak ingin dibicarakan dengan Elisa dulu?" tanya Azkia.
"Dia akan suka dengan pilihanku ini," jawab Arvin singkat.
"Oke kalau begitu, kita tidak perlu melihat venue selanjutnya?"
"Tidak perlu," Arvin melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang dan mereka melewatkan makan siang.
"Baiklah kalau begitu, jika pak Arvin ada keperluan atau meeting, tidak perlu mengantar saya, saya akan naik taksi saja," jawab Azkia.
"Saya tidak bisa melakukan itu, kamu kan ikut mobil saya karena mau melihat venue wedding, jadi saya harus mengantar kamu kembali ke kantor kamu, ayo," ajak Arvin kemudian berjalan meninggalkan Azkia dan menuju area parkir, mau tidak mau Azkia pun mengikuti Arvin.
Azkia melihat Arvin sudah berada dalam mobil dan menyalakan mesin mobil, Azkia pun kemudian masuk dalam mobil.
"Untuk dekorasi kami ada beberapa pilihan pak Arvin, apakah bapak mau melihat hari ini atau lain hari?"
Arvin melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul dua, tapi ia tak menjawab pertanyaan Azkia. Ia membelokkan mobilnya ke sebuah restoran membuat Azkia menatapnya bingung.
"Kenapa kesini? bapak ada urusan? kalau begitu biar saya naik taksi saja," jawab Azkia.
"Tidak ada, ini sudah jam dua dan kamu belum makan siang, maaf karena mengantarkan saya melihat venue kamu malah terlambat makan."
"Oh... tidak masalah, saya sudah biasa makan siang di jam dua atau jam tiga."
Arvin menoleh pada Azkia dan menatapnya sejenak, "sebaiknya jangan kamu biasakan makan terlambat, itu tidak baik untuk kesehatan kamu, apalagi mobilitas kamu cukup tinggi," ucap Arvin kemudian menghentikan mobilnya di area parkir restoran.
Arvin keluar dari mobil dan masuk diikuti oleh Azkia, setelah selesai makan siang Arvin kemudian mengantarkan Azkia kembali ke kantor wedding organizer.
~~~
~~~
Azkia masuk dalam ruangannya dan duduk di kursi kerjanya, ia membuka laptopnya dan membuka file dekorasi untuk acara wedding party bernuansa pantai, ia memilih beberapa dekorasi yang sesuai dengan tema pantai.
Azkia kemudian mencoba memadu padankan warna pada desain yang ada di laptopnya, ia tidak ingin kliennya kecewa karena ada kesamaan dengan wedding lain, ia memberikan nuansa berbeda pada dekorasi. ia menebak sifat Elisa dan Arvin dan mencoba mengaplikasikan semuanya dalam dekorasi, Azkia sudah mengantongi data diri Elisa dan Arvin dari tanggal lahir, suku, hobby dan warna favorit mereka. data itu digunakan Azkia untuk mengaplikasikan dekorasi sesuai kepribadian keduanya, setelah dirasa bagus Azkia menyimpan file, mungkin besok akan membuat dekorasi berbeda agar Elisa dan Arvin memilih desan sesuai keinginan mereka.
"Kia... kamu sudah kembali?" tanya Adinda yang berdiri di ambang pintu ruangan Azkia.
"Hai Din, sudah satu jam lalu."
"Kenapa cepat? bukannya ada tiga atau empat venue yang harus didatangi dan biasanya sampai malam?" tanya Adinda.
"Iya seharusnya begitu, tapi pak Arvin menyukai venue kedua yaitu tepi laut dan tidak ingin melihat venue selanjutnya. Sepertinya ia sangat menyukai pantai," ucap Azkia.
"Oh... jadi mereka mau outdoor tepi laut untuk wedding mereka?"
"Iya."
"Kamu sudah siapkan desainnya?"
"sudah satu desain, tapi besok akan aku buat satu desain lagi sebagai perbandingan agar mereka punya pilihan."
"Bagus sekali, sudah jam lima Kia, ayo pulang," ajak Adinda, Azkia melihat jam dinding kantornya yang memang sudah menunjukkan pukul 5 sore lebih.
"Ya Tuhan, begitu asyik aku membuat dekorasi sampai tidak tahu waktu, aku bereskan mejaku deh," ucap Azkia kemudian meng off kan laptopnya dan membereskan mejanya. Adinda juga kembali ke ruangannya untuk mengambil tas tangannya, Azkia dan Adinda keluar bersama dari gedung wedding organizer mereka.
Lynagabrielangga.