Azkia merebahkan tubuhnya di ranjang empuk di kamar apartemennya, jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, hari ini jalanan sangat macet jadi dari kantornya ia harus menempuh waktu tiga jam yang seharusnya ditempuh dalam waktu satu jam saja.
Karena kelelahan, Azkia segera tertidur tak lama setelah membaringkan tubuhnya di ranjang, ia menggeliat saat ia merasakan perutnya sanat lapar. Azkia membuka matanya dan melihat jam dinding, ia segera terduduk karena jam sudah menunjukkan tengah malam.
"Ya Tuhan, sudah tengah malam, perutku lapar," gumam Azkia kemudian beranjak dari duduknya menuju kamar mandi, ia tidak akan bisa tidur lagi sebelum ia makan. ia hanya mencuci mukanya dan berganti pakaian, Azkia tidak ingin sakit jika harus mandi tengah malam.
Azkia keluar dari kamar mandi dan kemudian mengambil jaketnya di gantungan, ia ingin membeli makanan di luar, ia memang jarang memasak walau ia suka memasak. ibunya lah yang mengajari Azkia memasak sejak remaja dulu hingga ia mewarisi keahlian ibunya memasak, tetapi mobilitasnya yang tinggi membuatnya tidak bisa masak setiap hari, untuk sarapan, makan siang dan makan malam ia memilih untuk membeli saja di luar. hanya saat weekend dan libur ia bisa masak itupun bisa dihitung dengan jari.
Azkia menyambar dompetnya dan keluar dari kamarnya, ia keluar unit apartemennya menyusuri lorong menuju lift. Azkia naik lift menuju lobby dan keluar lobby menuju mobilnya yang ia parkirkan tak jauh dari pintu lobby, ia ingin membeli makanan yang tak jauh dari apartemennya tapi ia harus membawa mobil karena ia takut jika didekat apartemennya tidak ada penjual makanan.
Azkia masuk dalam mobil dan melajukannya keluar dari area parkir apartemen yang memiliki dua gedung, gedung A dan gedung B, Azkia membeli apartemen di gedung A yang merupakan gedung utama. Tengah malam seperti ini jalanan Jakarta masih terlihat ramai, Azkia melajukan mobilnya dengan pelan mencari rumah makan, cafe atau restoran yang masih buka tapi hingga jauh dari apartemennya, Azkia tak mendapati rumah makan yang masih buka, kebanyak sudah tutup.
Hingga akhirnya ia menemukan sebuah rumah makan yang masih buka, walau rumah makan tidak besar tapi bagi Azkia cukup untuk mengganjal perutnya yang lapar. Azkia membelokkan mobilnya memasuki area rumah makan dan turun, Ia kemudian masuk dalam rumah makan dimana masih ada beberapa konsumen yang sedang makan.
Azkia kemudian duduk dan memesan makanan, ia akan makan di tempat saja karena akan lama jika ia harus membungkus makanan dan membawanya pulang ke apartemen. Tak lama kemudian makanan pesanannya datang, Azkia pun menyantapnya dengan lahap walau jam sudah menunjukkan hampir jam satu pagi.
Dalam waktu singkat makanan di depannya sudah masuk dalam perut Azkia, dan Azkia yakin ia akan tidur nyenyak nanti. Azkia kemudian berdiri dan menuju kasir dan membayar, ia ingin buru buru kembali ke apartemen dan tidur dengan nyenyak. Azkia menuju mobilnya dan melajukannya keluar dari area parkir rumah makan dan menuju apartemennya, dan Azkia tidak menyangka jika letak rumah makan cukup jauh dari apartemennya dan jalannya pun satu arah, mau tidak mau Azkia harus memutar cukup jauh untuk kembali ke apartemennya.
Azkia melewati jalanan yang sepi dan minim penerangan, ia mempercepat laju mobilnya karena ia takut ada orang yang berniat jahat apalagi sudah dini hari seperti ini. tak jauh dari jalanan sepi tersebut, Azkia merasakan mobilnya seperti melindas sesuatu dan laju mobilnya tidak normal, ia segera menepikan mobilnya dan mematikan mesin mobil. Azkia keluar untuk memeriksa apa yang dilindas mobilnya, ia lihat ban mobil depan dan belakangnya yang ternyata kempes satu ban depan dan satu ban belakang.
Azkia menghembuskan nafasnya kasar, "kempes lagi," gerutu Azkia, ia berpikir sejenak, seharusnya ia membawa ponsel tapi ia tinggalkan ponsel di meja nakas dan hanya membawa dompet. Akhirnya Azkia memutuskan meninggalkan mobil dan menguncinya dan akan memanggil montir besok pagi sedangkan ia akan mencari taksi.
Lama Azkia menunggu tapi tidak ada taksi yang leawat, mobil pribadi hanya satu dua yang leawat, tak mungkin ia menghentikan mobil pribadi dan menumpang, itu sangat tidak sopan baginya. Akhirnya ia memutuskan berjalan sembari mencari taksi yang lewat, di satu tikungan ia melewati beberapa pemuda yang sedang nogkrong dan di depan mereka ada botol botol minuman keras.
Azkia mempercepat langkahnya tapi satu pemuda mencegat langkahnya, "hai gadis cantik, sendirian saja, jalan kaki lagi, aku antar ya?" ucap salah satu pemuda itu, Azkia bisa mencium bau alkohol keluar dari mulut pemuda itu.
"Tidak terima kasih," jawab Azkia kemudian mencoba melewati pemuda itu tapi pemuda itu tetap menghalangi jalan Azkia.
"Jangan begitu cantik, kamu akan aman jika bersamaku," ucap pemuda itu.
"I don't think so," jawab Azkia kembali mencoba melewati pemuda itu tapi dua pemuda lainnya malah ikut mengepung Azkia.
"Kenapa buru buru cantik, lebih baik kita bersenang senang dulu, ya kan teman teman?" pemuda lain memegang lengan Azkia tapi segera dihempaskan oleh Azkia.
"Jangan kurang ajar!!" pekik Azkia, ia berusaha pergi tapi dua pemuda sudah mencekal kedua lengannya.
"Sudah aku bilang, kita bersenang senang dulu, baru kamu boleh pergi."
"Tolong... tolong..." Azkia berteriak tapi ketiga pemuda itu malah tertawa.
"kamu minta tolong sampai suara kamu habis juga tidak akan ada yang menolong cantik," ucap pemuda lain, tapi Azkia tidak mau putus asa, ia tetap berteriak minta tolong siapa tahu ada yang mendengar teriakannya, ia tak ingin bernasib buruk ditangan tiga pemuda yang sudah mabuk. Azkia berusaha keras melepaskan diri dengan menginjak kaki dan menendang tiga pemuda tersebut tapi tetap saja ia kalah tenaga, walau begitu, Azkia masih terus berusaha.
"Lepaskan dia!!" sebuah suara menghentikan usaha Azkia melepaskan diri, ia bersyukur masih ada orang yang mau menolong dirinya.
"Hei... jangan ikut campur!!"
"Apa yang akan kalian lakukan pada gadis itu?" tanya pria yang tidak begitu jelas terlihat wajahnya karena area tersebut remang remang.
"Tentu saja kami akan bersenang senang."
"Lepaskan dia atau..."
"Atau apa?" tantang salah satu pemuda.
pria itu kemudian mulai melakukan kuda kuda dan tangan siap untuk melawan.
"Oh... kamu mau melawan? oke, kami ladeni," jawab pemuda lain mendorong tubuh Azkia ke belakang mereka dan mereka berbaris untuk melawan pria tersebut, salah satu pemuda mulai menyerang pria itu tapi dengan mudah dapat dikalahkan oleh pria tersebut, demikian pula saat dua pemuda lain mulai menyerangnya, dengan santai pria itu menghadapi dua pemuda itu.
Azkia diam ditempatnya dan melihat perkelahian tersebut, ia menatap pria yang menolongnya yang seperti ia kenal.
"Sepertinya aku mengenal pria itu," gumam Azkia masih menatap pria itu yang masih berkelahi dengan dua pemabuk tersebut. Mata Azkia membola saat tahu siapa pria itu.
"Astaga, pak Arvin?"
Azkia memperjelas penglihatannya dan memang benar itu adalah Arvin, Azkia bersyukur ada yang menolongnya dan ia mengenal pria itu walau hanya sebatas klien saja. Azkia masih melihat perkelahian antara tiga pemuda dan Arvin dan sepertinya tidak seimbang tiga lawan satu, tapi Azkia kagum karena ilmu beladiri Arvin cukup tinggi dan dapat melawan tiga pemuda tersebut.
Tak menunggu waktu lama, tiga pemuda tersebut akhirnya tumbang dan tersungkur di aspal. Arvin kemudian berjalan menuju Azkia berdiri.
"Azkia?"
"Pak Arvin."
"Dini hari seperti ini kamu ada di jalanan sendirian? mana mobil kamu?"
"Ceritanya panjang pak," jawab Azkia.
"Baiklah, ayo aku antar pulang," ucap Arvin berjalan mendahului Azkia, Azkia pun kemudian berjalan mengikuti Arvin dan mensejajarkan diri dengan Arvin.
"Kalian mau pergi kemana?" tanya salah satu pemuda yang sudah berdiri dan menghunus sebilah pisau, Azkia dan Arvin berhenti dan berbalik dan sepersekian detik kemudian berlari menuju ka arah Arvin dan berniat menusuk Arvin. Azkia terkejut begitu juga Arvin, ia tidak ada persiapan untuk menghindar dan kemudian...
Lynagabrielangga.