“Thank you,” cetus Iva di bibir Fabian. Wanita itu kemudian memundurkan wajah dan menegakkan kembali tubuhnya berdiri di hadapan Fabian. Fabian mengangkat wajahnya menatap Iva. “Untuk apa?” “Menganggapku cantik, pintar merawat anak, baik, dan untuk ....” Iva menunda kelanjutan kalimatnya sambil mengerucutkan bibir dan mengerutkan alis. Fabian mengguncang pelan tangan Iva yang masih berada dalam genggamannya. “Untuk apa lagi?” “Kepo, ih,” jawab Iva singkat. “Vaaa.” Fabian mulai tidak sabar mendengar kelanjutan ucapan Iva. “Apaan sih? Kamu tuh bikin aku penasaran tahu.” “Untuk mencintaiku,” kata Iva. Fabian menelengkan kepala berpura-pura tidak mendengar. “A-apa? Duh, aku nggak kedengeran.” “Thank you for loving me, Sayang!” tegas Iva mengikuti gaya bicara Fabian saat menyatakan pera