Aluna mengangguk. “Anak kita. Kau tidak lupa jika kita sudah punya anak, bukan?” Kaivan tercenung dalam diam. Anak? Ia benar-benar lupa bahwa saat ia meninggalkan Aluna, Aluna dalam keadaan hamil. Iu berarti, dirinya telah kehilangan momen saat Aluna melahirkan, saat bayinya lahir ke dunia. Aluna menatap Kaivan dengan pandangan tak terbaca kemudian satu tangannya terangkat menangkup rahang Kaivan, membelai rahang tegas itu sambil berpikir, apakah mungkin Kaivan benar-benar lupa? “Kai–” Belum sempat Aluna bicara, tiba-tiba saja Kaivan memeluknya begitu erat sampai-sampai seakan meremukkan tulang. “Kai, apa yang–” Aluna terkejut saat merasakan sesuatu menetes di punggungnya. Dan ia yakin, itu bukan air keringat atau air yang merendam tubuhnya dan sang suami. “Maaf,” ucap Kaivan de

