“Tahan libidomu, Kai,” ucap Anggita yang menyembulkan kepala lewat celah pintu. Ia sebenarnya berniat memasuki ruangan. Namun, melihat apa yang akan putranya dan sang menantu lakukan, ia mengurungkan niat tapi tetap memberinya peringatan. Kepulan asap seolah keluar dari ubun-ubun Kaivan. Kenapa ibunya selalu mengganggu? Ibunya itu selalu berhasil memergokinya. Aluna menahan tawa kecilnya kemudian menoleh ke arah pintu saat Anggita kembali membuka suara. “Jika dia berani menyentuhmu, berteriaklah, Lun. Ibu akan memotong cacing alaskanya biar dia kapok.” “Ibu!” teriak Kaivan membuat Anggita segera menutup pintu. Wajah Kaivan merah padam. Namun, justru membuat Aluna tak bisa menahan tawa. “Apa kau pikir itu lucu? Jika dipotong, bagaimana aku memuaskanmu?” sungut Kaivan yang kesal Alun

