POV Nina "Mau jeruk?" Aku refleks membuka mata saat mendengar suara ibu, dan tangan ibu terulur ke belakang ke arah kami memegang plastik putih transparan berisi beberapa butir jeruk. Om Satria menundukkan kepala dan berakting seolah sedang muntah, tangannya terangkat dan membuat gerakan menolak. "Baik kalau tidak mau. Mau tolak angin?" tanya ibu lagi. Jantungku berdetak kencang takut tiba-tiba saja ibu melongokkan kepala dari sandaran jok yang didudukinya. Tangan Om Satria kembali terangkat ke udara. "Baiklah kalau tidak mau," kata ibu. "Mungkin yang di jok belakang pasangan tidak bisa bicara, Bu," ucap Pak kepala sekolah. "Iya, Pak, mungkin saja. Ini, Pak, jeruknya." Aku mengerucutkan bibir pada suamiku, lalu bicara dengan gerak bibir tanpa menimbulkan suara sedikit pun. "Bagai

