140

1010 Kata

POV Satria Setelah menelepon ibu menyuruhnya ke sini, aku pun mematikan panggilan, menatap Pak RT juga beberapa orang yang ada di sini secara bergantian. Sungguh memalukan berada dalam situasi seperti ini. Wu-laan, benar-benar membuatku geram. "Percaya pada saya, Pak, dia benar-benar telah memfitnah saya. Sumpah demi Allah bahwa dia benar-benar fitnah." Aku mati-matian menekan amarah di d**a yang sejak tadi mendesak-desak ingin dikeluarkan. Kutatap Wulan sinis penuh benci. Wulan mengalihkan pandang dan menggeleng sedih. Dia tak henti terisak-isak membuat bahunya terus bergetar oleh tangis. Sumpah aku muak padanya, benci, jijik, juga ingin tertawa mencemoohnya. Ingin mengumpat tapi menahannya karena banyak pasang mata yang menatapku di sini seolah-olah aku adalah binatang. "Pak, tolong

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN