Sybil memandang pintu coklat di depannya. Sejenak ia terdiam, ragu tiba tiba menghimpit keyakinannya. Tidak tidak, ia harus membicarakan masalah ini, ia tak akan menundanya lagi jika ingin tau kepastiannya. Dengan perlahan tapi pasti, tangan mungilnya terangkat dan mulai mengetuk pintu besar berwarna coklat itu. "Masuk!" Seperti biasa, dingin dan mengintimidasi. Sybil menekan handle pintu kebawah dan mulai mendorongnya, membuat pintu bercat coklat itu tergeser kedalam. Nelson masih fokus dengan setumpuk kertas serta laptop didepannya, sehingga ia tak menyadari bahwa Sybil sudah menutup pintu, dan kini sedang diam memperhatikannya. Sejenak Sybil terpaku dengan penampilan Nelson, Laki laki itu tidak terlihat seperti Nelson yang biasanya dengan kaos santai dan kacamata yang m