Rania keluar dari toko Vino dengan deraian air mata.
“Kenapa aku harus bertemu dengan lelaki b******k seperti dia?” tanya Rania pada dirinya sendiri sambil menendang batu-batu kecil sepanjang jalan, sling bagnya berayun-ayun seirama dengan gerakan kaki gesitnya.
Rania langsung pulang ke rumahnya menggunakan angkot.
“Assalamualaikum,” ucap Rania. “Waalaikumsalam, lho Rania! Kok cepat kali pulang? Emangnya kamu nggak kerja?” tanya mamanya Rania.
“Tidak Ma.”
“Iya kenapa Rania gak kerja? Rania sakit lagi?”
“Tidak Ma, Rania dipecat!”
“Dipecat? dipecat karena apa?” tanya mamanya Rania dengan panik, takut anaknya melakukan kesalahan yang paling fatal.
“Rania di pecat karena kemarin Rania tidak bisa memandu dengan baik.” Jawab Rania dengan lesu dan mengusap air matanya yang sesekali masih membasahi pipinya, Mamanya hanya bisa menarik nafas dengan berat, kasihan melihat anaknya.
“Ya udah Ma ya, Rania mau ke kamar dulu Raysa kurang enak badan,” lanjut Rania pada mamanya sambil berlalu pergi ke kamar dan langsung merebahkan diri di atas kasur.
Di tempat lain ...
Vino sedang memikirkan kejadian barusan yang terjadi antara dia dan Rania.
“Kenapa perempuan itu bilang kalau aku penyebab dia hilang kerjaan? Emangnya aku salah apa dan uh ... (meringis karna perih) pipi ini sangat sakit ditampar oleh Nya, memang cewek Sableng itu, orang kita enggak tahu apa-apa, tiba-tiba datang mengamuk,” gerutu Vino sambil mengelus pipinya yang masih terasa seperti disiram air cabai, perih!.
Vino terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa Rania segitu marahnya sama dia. Karena penasaran yang tidak ada jawabannya, akhirnya Vino mendatangi kantor pemandu wisata yang tidak jauh dari tokonya.
Dia telah sampai di pintu masuk dan berjalan ke arah asisten Pak Wibowo yang kebetulan sedang duduk dekat meja penerima tamu.
“Mbak saya boleh nanya, yang bernama Rania masih kerja disini?” tanya Vino pada asisten yang kemarin memperkenalkan dia dengan Rania.
“Maaf Mas, Mbak Rania sudah tidak bekerja lagi di sini," jawabnya.
“Lho emangnya kenapa?!” tanya Vino penasaran.
“Dia Sudah dipecat.”
“Iya dipecat, tapi karena apa?”
“Karena dia sudah gagal memberikan pelayanan terbaik kepada orang yang dipandunya,” jawab asisten Pak Wibowo.
“Mbak tahu kan siapa yang dipandu oleh Rania kemarin itu?” tanya Vino dengan tegas.
“Iya Mas saya tahu, itu Anda kan?” jawab asistennya.
“Nah kan mbak sendiri tahu yang dia Pandu itu saya, tapi kenapa Mbak bisa bilang emang kalau Rania tidak memandu dengan baik?!” tanya Vino tersulut emosi.
“Maaf Mas bukan saya yang bilang Mbak Rania tidak memandung dengan baik, Saya hanya mendengar yang dibilang sama Pak Wibowo.”
“Ya udah kalau gitu Siapa yang bilang Rania tidak memandu dengan baik?” tanya Vino lagi.
“Kalau masalah itu, Saya kurang tahu Mas, ada baiknya Mas tanya langsung ke Pak Wibowo sendiri.”
“Oke kalau gitu Saya mau bertemu langsung dengan Pak Wibowo, di mana dia?” tanya Vino.
“Sebentar, saya lihat dulu," ucap wanita tersebut sambil pergi ke ruang Direktur utama.
“Pak, ada orang yang mau bertemu sama Bapak.” Asisten Pak Wibowo melapor.
“Suruh masuk saja," jawabnya.
Wanita tersebut keluar kembali menemui Vino.
“Pak Wibowo ada di ruangannya," ucap asisten Pak Wibowo pada Vino.
“Bagus!”
“Tolong bersikap sopan santun, dan jangan buat keributan di sini!” perintah asisten Pak Wibowo, yang membuat Vino menatap tajam ke arahnya, dan dia langsung menunduk.
“Saya tahu!” tegas Vino dengan kasar dan melangkah masuk keruangan Pak Wibowo.
“Permisi Pak," ucap Vino dengan menggunakan tutur kata sopan.
“Iya silahkan masuk.”
“Ada apa ya?” tanya Pak Wibowo.
“Ada yang mau saya tanyakan sama bapak, tolong bapak Jawab dengan jujur karena ini menyangkut dengan diri saya.”
“Oke, silakan! Saya akan berusaha sebisanya.”
“Dari mana bapak tahu kalau Rania tidak memandu dengan baik?” tanya Vino.
“Kenapa kamu tanya hal ini sama saya? bukannya kamu juga merasakannya sendiri?" pak Bahar bertanya kembali.
“Saya bertanya sama bapak dari mana bapak tahu? kan saya tidak pernah mengatakan apapun sama bapak! kenapa bisa bisanya Bapak memecat seorang karyawan Bapak tanpa mengetahui dengan jelas Apa kesalahannya!” tegas Vino membungkam mulut pak Wibowo.
“Saya hanya tidak mau kejadian yang menimpa Anda, terulang kembali pada pengunjung saya yang berikutnya! jadi saya sebisa mungkin untuk bersikap lebih profesional.”
“Dan Bapak percaya begitu saja kalau Rania tidak bisa memandu dengan baik?” Vino mulai geram.
“Tentu, Tentu saya akan percaya Karena yang bilang pun sopir yang kalian tumpangi.”
“Oh jadi Sopir itu biang keroknya!" decih Vino geram, "Bapak tahu gara-gara bapak mengambil jalan pintas tanpa bertanya sama saya sendiri, tanpa mengetahui bagaimana perjalanan kami, Bapak telah melakukan kesalahan yang paling fatal karena yang dibilang oleh sopir itu sangat tidak benar!" lanjut Vino lagi yang mengusap kasar wajahnya.
"Perempuan itu bukan tidak bisa menjelaskan tentang destinasi wisata yang kami kunjungi pada saya, tapi saya yang terlalu memaksa dia untuk menjelaskan tentang laut yang tidak ada kaitannya dengan sejarah! jadi saya mohon sama Bapak, tolong jangan pecat perempuan itu!” ucap Vino yang sedikit melunakkan intonasi bicaranya.
“Maaf kalau masalah itu, saya sudah tidak bisa berbuat banyak, karena posisi Rania sekarang sudah ada penggantinya.”
Vino mendengus kasar sambil memalingkan wajahnya.
“Ya sudah permisi!” ucap Vino berlalu meninggalkan Pak Wibowo yang seenak jidat memecat orang lain.
“Panteslah perempuan gilak itu marah besar sama aku, ternyata perkataan aku di copy paste sama supir kurang etika!” gerutu Vino dengan kesal.
“Kamu lihat sopir yang kemarin ngantar kami?” tanya Vino pada asisten pak Wibowo yang masih duduk di kursi tadi.
“Sepertinya dia ada di belakang, sedang menyuci mobil.”
"Terima kasih!"
Vino langsung menuju halaman belakang kantor, yang di sediakan untuk parkiran mobil kantor dan tempat mencuci mobil.
Vino melangkah dengan teratur sambil mengatur nafas agar tidak tersulut emosi ketika menatap biang rusuh yang membuat pipinya memanas karna gesekan kasar telapak tangan Rania.
Vino berhenti ketika melihat sopir tersebut sedang berjongkok mencuci mobil, mobil yang kemarin mereka tumpangi masih tertutup busa.
Vino berdiri jauh melihat sopir tersebut, setelah pekerjaannya selesai, Vino langsung mendekatinya.
Bersambung ...