Apa itu?" ulang Saska karena Ara tak jua menjawab. Kemudian samar-samar ia dapat melihat semburat kemerahan di wajah Ara. Dengan sedikit malu, Ara tak berani menatap Saska. "Aku ingin … kau menemaniku setiap kali cek kandungan." Saska tertegun sejenak, kemudian seulas senyum tipis terpatri di bibirnya. Ia senang Ara menginginkannya. Bukankah itu artinya sudah tercipta hubungan batin antar mereka? Perlahan ia mulai kembali menipiskan jarak, memeluk Ara dan menelusupkan wajahnya di ceruk lehernya. "Tentu saja," jawabnya seraya memberikan kecupan-kecupan kecil di sana. Ara memejamkan mata menikmati sensasi ini. Sensasi yang mungkin akan jarang ia alami kembali. Ia tidak ingin egois, dan tidak boleh egois dengan mementingkan diri sendiri. Meski itu sulit, ia akan mencoba bersabar dengan k