Helaan napasnya masih sering panjang, dia juga mudah merasa lelah sekali pun tidak melakukan banyak kegiatan. Rasanya tidak ingin melakukan apapun dan hanya menunggu waktu entah sampai kapan. Hingga di titik ini, tidak ada satu hal pun yang membuatnya kembali memiliki perasaan untuk tetap hidup dan bertahan, apalagi sampai menikmatinya. Perasaan itu telah hilang, tenggelam di danau bersama jiwanya yang saat ini masih sekarat. Satu-satunya yang membuat Lova bertahan adalah menunggu waktu, hingga dia mendapatkan tamu bulanannya lagi. Tangannya refleks menyentuh perutnya dan mengusapnya saat dia kembali teringat mimpi itu. Wajah mereka terlalu bercahaya, sehingga Lova tidak bisa melihatnya dengan jelas. Wajah anak-anak itu. Namun, Lova ingat bagaimana hangatnya genggaman tangan mereka