Galen terus menggenggam tangan Lova sejak mereka turun dari mobil dan naik ke pesawat. Lova masih terus bungkam sejak meninggalkan rumah dan sesungguhnya itu membuat Galen khawatir, namun dia memilih memberikan Lova waktu tanpa menginterupsi dengan pertanyaan ini dan itu. Pramugari menyambut mereka dengan ramah. Akhirnya, ada yang mengalihkan atensi Lova, saat dia masuk ke pesawat itu, Galen bisa melihat Lova sedikit ternganga dengan pesawat pribadi yang terlihat mewah itu. Pesawat itu berbeda dengan yang dulu dia naiki saat pergi dari Bali ke Jakarta, saat Galen menjemputnya secara paksa untuk menikahinya dengan alasan tanggung jawab. Yang kali ini, terasa lebih mewah, kursinya juga lebih sedikit. “Mau duduk atau tidur?” Tanya Galen yang menyentak keterpakuan Lova. Di samping ki