Lova menatap Rayya dengan berlinang air mata, dia lalu memeluk wanita itu dan isakannya langsung keluar. “Kakak kenapa tidak langsung ikut kami ke Jakarta? Ikut, ya?” Pinta Lova dengan bibir melengkung ke bawah. “Sayang, Kakak harus mengurus ini dan itu dulu di sini, dan nanti kan kita tetap bisa bertemu. Kakak masih bekerja dengan Bang Rayyan kok, kamu tenang saja. Pokoknya, jika kamu ingin bertemu Kakak minta Bang Rayyan, oke?” Rayya tersenyum sumringah, membuat Lova kembali menarik napasnya berat. “Kakak bukan calon istrinya?” Tanya Lova yang membuat Rayya terkekeh. “Itu bercanda, sayang. Jangan diambil hati. Tapi doakan saja lah, ya. Sudah, ingat kan tadi pagi apa yang Kakak ucapkan? Ini yang terbaik untuk kamu dan baby twins.” Ucap Rayya mengusap-usap lengan Lova, masih berusa