Pagi itu rumah yang hanya dihuni oleh dua orang wanita dewasa itu terlihat tidak lagi tenang seperti hari-hari yang lalu. Pagi mereka selalu diwarnai dengan suara huek huek dari salah satu wanita yang sedang hamil, sedang wanita satunya lagi terus berceloteh dengan cukup nyaring, menunjukkan kekhawatiran juga atas kondisi seseorang yang dianggap adiknya itu. “Huek … Aghhh ….” Lova memijit keningnya yang terasa pusing, air matanya sudah jatuh, tubuhnya lemas tidak karuan, dia menangis karena tidak mampu menangani kondisinya. Lalu tangannya beralih mengusap lembut perutnya dengan napas yang tersengal-sengal, menunjukkan seberapa kesusahannya dia dengan kondisinya yang sedang hamil muda dan mengalami mual-mual yang begitu parah. “Yang sabar, ya, Va. Abis ini Kaka balurin perut kamu