“Papa ….” Bisik Ivanka dengan tatapan yang putus asa dan berlinang air mata. Bahkan setelah Dokter datang dan memeriksa kondisinya juga meresepkan obat, Ivanka masih belum membaik. Wajah wanita paruh baya itu masih pucat, air mata tidak berhenti mengalir membasahi wajahnya, isakannya masih terdengar dan bahkan sesekali tersengal karena napasnya yang memburu. Kalvin yang setia di sampingnya juga merepih perih, bukan hanya keadaan istrinya yang terguncang, namun juga kekacauan yang terjadi di keluarganya. Dan yang paling menyesakkan adalah, mereka sebagai orang tua lah yang mengambil andil paling besar dalam tragedi berantai ini. “Bagaimana Lova, Pa? Bagaimana … Bagaimana Mama harus menghadapinya? Kita … Kita telah menghancurkan hidupnya, Pa … Kita … Kita menghancurkan hidupnya karena