Suara ketukan pintu itu membuat Rayya mengulum senyum tipisnya. Dia melepaskan genggaman tangannya pada Lova dan beranjak. “Itu pasti Bang Rayyan dan Galen. Kamu mau bicara dengan Galen sekarang?” Tanya Rayya membuat Lova tampak berpikir, sehingga Rayya memilih kembali melanjutkan. "Sekarang atau nanti, sama saja, sayang. Kamu tetap harus menghadapinya, dan Kaka yakin kamu setuju jika ini hanya satu-satunya jalan tengah untuk kalian? Kamu sama-sama memberi kesempatan pada diri kamu sendiri juga, iya, kan?" Rayya meremas tangan Lova dan menepuk-nepuknya ringan. "Semakin kamu tunda jutsru kamu yang semakin terluka karena tidak bisa menerima kehadirannya, berbeda jika kamu telah membuat kesepakatan, pasti hati kamu lebih lega, karena kamu dan dia sama-sama bertaruh untuk bisa mencapai