Lova yang akhirnya kembali mendengar suara Galen hanya bisa menghela napasnya panjang, tidak berniat menjawab tanya Galen, dia akan memilih bungkam sebagai bentuk protes atas pemaksaan pria itu padanya. “Kenapa, Lova?” Galen kembali bersuara, kini sudah membuka perban di punggung Lova dan tetap mengobatinya dengan segala pikiran yang penuh kecamuk. “Kenapa dengan punggung kamu?” Tanya Galen lagi, ada nada frustasi di sana, frustasi yang dia sendiri tidak memahami sepenuhnya, entah frustasi karena mengetahui luka hebat di punggung Lova atau frustasi karena Lova mengabaikan pertanyaannya. Mendengar nada suara Galen yang frustasi dan tercekat membuat Lova mengerjap untuk sesaat, namun pada akhirnya tetap bertahan dengan kebungkamannya. Nada suara itu, persis seperti sembilan tahun yang