Lova berusaha menguatkan dirinya sendiri untuk menyelesaikan urusannya di salon itu. Matanya sudah memanas dan langkahnya terlihat lunglai saat keluar dari salon, dia bahkan harus bertumpu pada dinding saat berjalan. “Nyonya …” Itu panggilan Pak Pri yang terlihat cemas melihat wajah Lova yang sudah pucat pasi dengan raut yang mengkhawatirkan. “Kita ke kantor suami saya, Pak.” Pinta Lova yang masuk ke mobil dengan hati yang semakin kacau. Tangannya terus gemetar saat dia menggenggam ponselnya dan berusaha untuk menghubungi nomor Galen, namun nomor pria itu tidak aktif dan itu semakin membuat hatinya tidak karuan. "Kak ... Kenapa kamu tidak mengangkat panggilanku?" Lova mendesah dengan air mata yang akhirnya jatuh. Padahal, di hari-hari kemarin, setiap panggilannya pada pria itu,