Hari semakin sore, Arkan dan Thalia masih duduk di bangku yang berada di tepi pantai. Mereka menikmati senja yang perlahan menghilang di ufuk barat. Kemilau jingga terlihat mewarnai air laut.
Rindu, mungkin mereka sedang melepas rindunya setelah sekian lama tidak berjumpa. Meski semua sudah berbeda, dan mereka melupakan status mereka yang mungkin sudah tidak bersama lagi.
Rindu yang menggebu melupakan Arkan yang sudah hampir memulai komitmen hidup dengan Frischa. Dia benar-benar melupakan Frischa. Hingga sore ini, Arkan tidak mempedulikan Ica yang tadi siang pulang memakai taksi seusai dari kantornya.
“Kamu mau menikah kapan, Arkan?” tanya Thalia.
“Bulan depan,” jawab Arkan.
“Kamu belum memiliki anak dari Danish?” tanya Arkan.
“Anak? Aku masih utuh Arkan,” jawab Lia.
“Maksud kamu?
