“A-apa ini?” Arya ternganga melihat beberapa paper bag yang tergeletak di lantai kamar hotel. Dilihat dari nama yang tercetak di paper bag tersebut, semua barang yang di dalamnya pastilah mahal. Mungkin, nilainya hampir menghabiskan seluruh simpanan Arya di bank. “Ini semua, bukannya siang tadi kamu pergi sama enda Sinar?” “He’em,” gumam Cita dengan senyuman dan menghambur ke pelukan Arya yang baru pulang dari Sagara Citra. Satu kecupan ia jatuhkan pada bibir sang suami dan tetap mengangkat wajah menatap Arya. “Aku diajak shopping! Kami keliling Orchard Road tadi siang. Coba aja mami ikut, pasti tambah rame.” Arya menggaruk kepala dengan ekspresi bingung, syok, dan mungkin terlihat bodoh di depan Cita. Bukannya ingin perhitungan, tetapi Arya bukanlah seorang Nando yang sudah terlahir den

